Rocky Gerung Peringatkan Prabowo soal Reshuffle Kabinet: Gibran Mampu Atasi
"Gibran gagal menunjukkan kapasitas. Dia tidak hanya belum matang, dia salah asuh dari awal," sindir Rocky. "Dalam sistem global seperti ini, wakil presiden harus punya pemikiran strategis, mengerti konsep global security, mampu merespons cepat krisis internasional. Gibran? Tidak ada."
Rocky bahkan menyebut bahwa Gibran sekadar "ingin menonjolkan diri" tanpa benar-benar memahami situasi. Ketika dunia menuntut kecerdasan geopolitik dari setiap pemimpin, Indonesia justru menghadapi situasi di mana wakil presidennya "tidak mampu mendeteksi potensi kerawanan global."
Dilema Legitimasi dan Ancaman Masa Depan
Lebih jauh, Rocky mengisyaratkan bahwa mempertahankan Gibran dalam struktur kekuasaan bukan hanya memperlemah kredibilitas Indonesia di mata dunia, tetapi juga membuka risiko baru: krisis legitimasi domestik.
"Masyarakat sipil sudah mempersoalkan kapasitas dan posisi Gibran. Bila diteruskan, bukan tak mungkin akan lahir gerakan konstitusional yang mempertanyakan kelayakannya," kata Rocky.
Dalam kondisi ekonomi global yang rapuh dan dunia yang bergerak menuju konflik, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mengantisipasi, beradaptasi, dan menavigasi perubahan dengan cepat. Kapasitas individu di pucuk kekuasaan bukan lagi soal pilihan politik semata, melainkan soal kelangsungan negara.