Jejak Langkah Strategis PTPN I di Panggung Karet Nasional dan Global
Selain itu, PTPN I juga menjajaki peluang perdagangan karbon (carbon trading), dengan memanfaatkan tanaman tahunan seperti karet, teh, dan kopi sebagai penyerap emisi. “Ke depan, kami tidak hanya menjual komoditas, tapi juga jasa lingkungan. Green business adalah masa depan kami,” Teddy menegaskan.
PTPN I pun memperkuat kemitraan dengan petani lokal melalui skema non-plasma, mencakup penyediaan bibit unggul, pelatihan teknis, dan akses pembiayaan. Dengan 86% produksi karet nasional berasal dari petani rakyat, langkah ini menjadi penting untuk menjamin keberlanjutan pasokan dan pemerataan manfaat ekonomi.
“Kami bukan hanya perusahaan dagang, tapi bagian dari ekosistem pembangunan nasional. Memberdayakan petani adalah bagian dari misi kami,” katanya tandas.
Di tengah tantangan tenaga kerja yang kian pelik —di mana generasi muda enggan bekerja di kebun— PTPN I menghadapi persoalan regenerasi SDM. Namun, Teddy memandang ini sebagai peluang untuk memodernisasi proses kerja.
“Kami tidak bisa menghindari tren. Justru karena itu kami dorong digitalisasi dan mekanisasi. Dengan teknologi, pekerjaan di kebun akan lebih menarik bagi generasi muda,” ia menjelaskan.
Dalam hal kontribusi terhadap industri nasional, PTPN I memang baru menyumbang sekitar 3% dari total produksi nasional. Namun, dengan penguasaan teknologi, jangkauan pasar ekspor, dan standar kualitas global, pengaruhnya jauh lebih besar dari angka itu. PTPN I juga menjadi contoh sukses bagaimana BUMN bisa menjalankan peran ganda: mencetak laba sekaligus membangun ekosistem yang adil dan berkelanjutan.