Presiden Tanzania Didesak Mundur atas Dugaan Pembunuhan Terhadap 3.000 Orang Sejak Pemilu 29 Oktober
RIAU24.COM -Lebih dari 40 organisasi sipil Afrika menyerukan agar para pejabat keamanan di Tanzania dituntut atas dugaan pembunuhan terhadap sekitar 3.000 orang sejak pemilihan umum 29 Oktober lalu, dan menuntut pengunduran diri segera Presiden Samia Suluhu Hassan.
Menurut laporan yang dirilis di Nairobi oleh gerakan "Jumuiya Ni Yetu" (yang berarti "Komunitas adalah Milik Kita"), pembunuhan massal itu terjadi setelah pemilihan umum Tanzania yang diwarnai dugaan kecurangan, penindasan, dan pemadaman internet.
Seperti dilansir Anadolu, Presiden Suluhu memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 97,66 persen, atau 31.913.866 dari 32.678.844 surat suara yang masuk, menurut Komisi Pemilihan Nasional Tanzania.
Kelompok-kelompok tersebut, yang mewakili pembela hak asasi manusia, pengacara, dan gerakan feminis dari sepuluh negara Afrika, menyatakan bukti mereka mencakup foto dan video yang dapat diakses oleh wartawan.
Jika terkonfirmasi, laporan 3.000 kematian ini akan menjadikan kerusuhan tersebut sebagai salah satu penumpasan politik paling mematikan di Afrika Timur dalam sejarah.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi hak asasi manusia telah mengonfirmasi adanya korban jiwa dan penangkapan pasca pemilu yang disengketakan. Namun, skala kekerasan yang diuraikan oleh koalisi ini adalah tuduhan paling serius yang dilontarkan sejak pemilu.