Menu

Pengamat Ini Sebut Prabowo Seperti Soekarno, Lenin, dan Hitler. Begini Alasannya

Satria Utama 15 Jan 2019, 14:50
Prabowo saat menyampaikan pidato kebangsaan
Prabowo saat menyampaikan pidato kebangsaan

RIAU24.COM -  JAKARTA – Pidato kebangsaan Prabowo Subianto yang disampaikan di Jakarta Convention Center (JCC) Senin (14/1/2019) malam masih menjadi pembicaraan hangat, baik di media mainstream maupun media sosial.

Kubu pendukung Jokowi menyebut pidato tersebut biasa saja, bahkan dinilai miskin gagasan. Di pihak lain, pendukung Prabowo menyambut hangat pidato Capres 02 tersebut karena ditampilkan dengan sangat baik.

Di mata seorang aktivis senior Djoko Edhy Abdurrachman, gaya pidato Prabowo melebihi gaya seorang orator. Ia menyebutnya gaya pidato Prabowo sudah pada tahap seorang demagog.

“Pak Prabowo itu bukan oratoris tapi demagog,” katanya dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (15/1/2019).

Joko Edhy lantas membeberkan sejumlah nama-nama tenar di dunia internasional yang termasuk demagog. “Demagog itu di atas bumi terhitung jumlahnya, misalnya Lenin. Nah Lenin kayak dia tuh, Stalin, terus Bung Karno, Hitler. Nah ini para demagog ini,” bebernya.

Ia lantas membandingkan Ketua pidato Umum Partai Gerindra itu dengan lawannya di Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, capres petahana itu tak ada apa-apanya jika dibanding dengan mantan Danjen Kopassus itu.

Ia menyebut, pidato mantan Gubernur DKI Jakarta itu kualitasnya sangat jauh dengan pasangan Sandiaga Uno tersebut. “Kalah. Disuruh lawan Jokowi ya keok Jokowi-nya,” ucapnya.

Mantan Anggota Komisi III DPR ini menerangkan bahwa para demagog memiliki keseiramaan antara gestur dengan kecerdasannya. “Pak Prabowo tadi malam kan kelihatan kecerdasannya,” katanya lagi.

Sebelumnya, Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaan ‘Indonesia Menang’ di JCC, Senin (14/1)malam. Didampingi pasangannya di Pilpres 2019, Sandiaga Uno, ia menyampaikan visi misinya.

Dalam pidatonya, Prabowo juga terus-terusan membahas kondisi negara Indonesia yang dinilai sebagai kegagalan rezim pemerintahan sekarang. Seperti utang negara yang terus bertambah, sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merugi.***

 

R24/bara