Menu

Masuk 10 Besar Pemikir Dunia, Seperti Ini Reaksi Menteri Susi

Siswandi 23 Jan 2019, 15:40
Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva menyalami Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti di  Markas FAO, Roma,  Italia,  beberapa waktu lalu. Foto: int
Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva menyalami Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti di Markas FAO, Roma, Italia, beberapa waktu lalu. Foto: int

RIAU24.COM -  Nama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, masuk dalam daftar bergengsi Global Thinkers 2019 yang ditaja majalah ternama Foreign Policy.  Menteri asal Pengandaran, Jawa Barat ini masuk ke dalam kategori 10 besar tokoh yang dianggap punya pengaruh di bidang pertahanan dan keamanan.

Lalu bagaimana reaksi sang menteri ketika ditanya perihal penghargaan itu?

Tak ada reaksi berlebihan. Susi menanggapi penghargaan itu dengan santai. "Senang saja. Berarti aku dianggap pintar dong. Pemikirannya dianggap bagus dong. Gitu saja," ujarnya kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 23 Januari 2019.

Dalam editorialnya, Foreign Policy memaparkan Susi berada dalam daftar karena komitmennya dalam mempertahankan kelestarian ikan serta biota laut, khususnya di Indonesia.

Hal itu ditunjukkannya dengan keberaniannya menelurkan kebijakan yang dianggap menakutkan, sehingga diperhatikan kawan maupun lawan. Salah satunya, adalah penerapan sanksi berupa penenggelaman kapal nelayan asing, yang kedapatan memancing secara ilegal di wilayah perairan Indonesia.

"Kan penenggelaman untuk security toh. Ya mungkin itu saja maksudnya. Ya gembira, bangga. Gini-gini saya pemikirannya diakui gitu kan," ujarnya lagi, dilansir kompas.com.

Untuk diketahui, dalam daftar yang dilansir Foreign Policy tersebut, Susi bersanding dengan perempuan berpengaruh lain seperti Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen. Selain itu ada nama Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina Wazed, dengan rekor jabatan terlama dalam sejarah negara sejak Januari 2009.

Ketika berkunjung ke Norwegia Juni 2018 lalu, Susi menjelaskan bahwa saat ini Indonesia telah menenggelamkan 363 kapal asing ilegal. Dampaknya, stok ikan meningkat dari sebelumnya 6,52 juta ton pada 2011 menjadi 12,5 juta ton pada 2017.

Kemudian ukuran ikan yang ditangkap nelayan mengalami peningkatan, serta jarak melaut kian dekat, serta neraca perdagangan perikanan Indonesia nomor satu di ASEAN pada 2016.

Kebijakan yang menuai prestasi di forum internasional seperti FAO bukannya tanpa tantangan. Dalam kesempatan itu, Susi mengaku merasa gelisah. Sebabnya, dia merasa berjuang sendiri tanpa mendapat dukungan di negeri sendiri.

Belum lagi konsistensi penegakan hukum terbentur kepentingan di balik kekuasaan. Kebijakannya itu juga sempat menimbulkan ketegangan dengan China yang menuduh Indonesia menembaki kapal nelayan dan melukai satu orang. ***

R24/wan