Menu

Dampak Tragedi Bom Bunuh Diri, Sri Lanka Larang Pengunaan Cadar Bagi Muslim

Riko 29 Apr 2019, 16:37
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM -  Sebagai respons atas serangkaian bom pada Minggu Paskah di Kolombo dan sekitarnya yang menewaskan lebih dari 250 orang, pemerintah Sri Lanka langsung melarang penggunaan busana cadar termasuk bagi wanita muslim. 

Larangan tersebut diatur oleh undang-undang darurat yang disahkan oleh Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena.

Pemerintah sebelumnya mengatakan akan menunda keputusan itu sampai pembicaraan dengan ulama Islam dapat diadakan. Penundaan juga atas saran Perdana Menteri Ranil Ranil Wickremesinghe. 

Seminggu setelah serangan bom pada Minggu Paskah, gereja-gereja Katolik di negara itu tetap ditutup karena kekhawatiran atas masalah keamanan.

Namun, Sirisena dan Wickremesinghe menghadiri Misa yang disiarkan televisi di kediaman Kardinal Malcolm Ranjith, Uskup Agung Kolombo.

"Ini adalah waktu hati kita diuji oleh kehancuran besar yang terjadi hari Minggu lalu," kata Ranjith. "Ini adalah pertanyaan waktu seperti, apakah Tuhan benar-benar mencintai kita, apakah dia memiliki belas kasih kepada kita, dapat muncul dalam hati manusia,"katanya, seperti dikutip Sindonews mengutip Independent, Senin 29 April 2019.

Polisi sejauh ini telah menangkap 48 tersangka. Pos-pos pemeriksaan kini dijaga ketat oleh pasukan keamanan Sri Lanka di seluruh negeri.

Di antara mereka yang ditahan adalah dua orang yang baru-baru ini diperintahkan pihak berwenang untuk ditemukan.

Ketegangan telah meningkat tinggi di negara itu selama sepekan terakhir karena khawatir akan adanya serangan lebih lanjut serta ketakutan akan kemungkinan pembalasan terhadap komunitas Muslim Sri Lanka.

Polisi telah memasuki masjid utama National Tawheed Jamath (NTJ) atau Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) di Kattankudy pada hari Minggu sore, hanya sehari setelah pihak berwenang menyatakan bahwa NTJ adalah kelompok teror.

Pihak berwenang telah melarang NTJ karena memiliki hubungan dengan Mohammed Zahran, dalang serangan yang juga menyebabkan ratusan orang terluka.

Zahran dan yang lainnya mengenakan topeng, telah bersumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sebelum melakukan serangan.

Awal pekan ini anggota parlemen Sri Lanka, Ashu Marasinghe, mengusulkan larangan mengenakan burqa pada wanita di negara tersebut. Dia mengajukan mosi ke parlemen yang menyatakan bahwa pakaian yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya itu bukan pakaian tradisional Muslim dan harus dilarang dengan alasan keamanan.