Menu

Walau Ada Prospek Bisnis, Petani Kurma Tropis KL1 di Riau Masih Kurang Perhatian Pemerintah

Riki Ariyanto 15 Aug 2019, 20:55
Rafi menunjukkan kurma tropis KL1 Thailand miliknya yang sudah matang (foto/int)
Rafi menunjukkan kurma tropis KL1 Thailand miliknya yang sudah matang (foto/int)

RIAU24.COM -  Kamis 15 Agustus 2019, Tren menanam kurma tropis khususnya jenis KL1 Thailand di Provinsi Riau khususnya di Pekanbaru sudah gencar sejak tiga tahun lalu. Namun kini petani kurma tropis KL1 seakan bergerak sendiri dengan minimnya perhatian pemerintah daerah.

Padahal prospek bisnis dan membuka lapangan pekerjaan di sektor kurma tropis sangat menjanjikan. Seperti daerah asalnya Thailand, wisata kebun kurma tropis sudah ramai bahkan banyak wisatawan Indonesia yang berkunjung ke sana.

zxc1

Seperti yang disampaikan Petani Kurma Tropis KL1, Muhamad Rafi kepada Riau24. "Kalau yang dirasakan ya masih kurang perhatian pemerintah daerah. Padahal prospek bisnis kurma tropis ini sangat potensial," sebut Rafi yang memiliki kebun di Jalan Sepakat, Kulim, Pekanbaru.

Rafi menyampaikan jika berkaca pada sukses dan berkembangnya bisnis kurma tropis di Thailand itu tidak terlepas dari peran pemerintah. "Sangat besar peran pemerintah Thailand dalam berkembangnya kebun kurma tropis di sana. Terutama dalam pembibitan, pemerintah disana sudah bantu dengan bibit yang dari kultur jaringan jadi tidak sekedar biji. Karena kalau bibit dari biji ada plus dan minusnya, tapu kalau kultur jaringan itu sudah pasti. Kalau kita di Indonesia, masih kesulitan untuk mendapatkan bibit kurma yang dari kultur jaringan," sebut Rafi.

zxc2

Rafi melihat tingkat permintaan kurma di Indonesia, khususnya Riau sangat tinggi. "Jujur saja permintaan kurma di Riau masih sangat tinggi, baik kurma kering atau kurma segar. Dengan harga jual Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per kilogramnya. Sedangkan satu batang kurma bisa mengeluarkan lima sampai sembilan tandan, dengan satu tandan bisa menghasilkan buah hingha 10 kilogram. Jadi bisa dibayangkan potensi satu batang kurma jika panen. Dan itu juga membuka lapangan pekerjaan dengan muncul peluang bisnis penjual kurma segar secara eceran. Jadi tidak perlu jauh-jauh kirim dari Jakarta. Selain juga menjadi potensi agrowisata," sebut Rafi.

Sehingga Rafi mengusulkan agar pemerintah daerah terutama Pemprov Riau mulai serius membantu petani kurma tropis kembangkan kebunnya, khususnya dalma mendapatkan bibit kurma hasil kultur jaringan. Sehingga tidak hanya sawit yang dikembangkan.

"Kalau dibanding sawit, kurma lebih banyak manfaatnya. Kurma termasuk penghasil oksigen terbaik, dan juga tanaman yang bersifat menyimpan air. Belum lagi buah kurma sudah jelas banyak manfaatnya, dalam semua agama berpendapat kurma adalah obat. Jadi tidak rugi membudidayakan kurma ini. Jadi dengan bantuan pemerintah daerah diharapkan petani kurma atau yang berencana berkebun kurma bisa semangat dan terbantu," harap Rafi.