Menu

Ternyata Seperti Ini Kondisi Calon Ibukota Negara yang Baru, Mulai Dari Sesar Gempa Hingga Karhutla

Siswandi 27 Aug 2019, 14:24
3 sesar gempa yang mengepung calon ibukota negara yang baru. Foto; int
3 sesar gempa yang mengepung calon ibukota negara yang baru. Foto; int

RIAU24.COM -  Pemerintah memilih Kalimantan Timur sebagai ibukota negara yang baru, menggantikan Jakarta. Lokasi tersebut berada di dua wilayah, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Salah satu pertimbangannya, karena wilayah itu dinilai rawan dari bencana, seperti gempa bumi.

Ternyata, usut punya usut, lokasi calon ibukota tersebut dikepung sesar aktif yang berpotensi menimbulkan gempa bumi/

Dilansir viva, Selasa 27 Agustus 2019, penggiat kebencanaan Ma'rufin Sudibyo mengungkapkan, berdasarkan peta potensi gempa Pusat Studi Gempa Nasional (PusGen) Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR 2017, ada beberapa sesar aktif yang terdeteksi mengepung ibukota baru tersebut. Ketiganya adalah Sesar Meratus, Sesar Mangkalihat dan Sesar Tarakan.

Sesar Tarakan di utara, melintas di dekat kota Tarakan. Sedangkan Sesar Mangkalihat di berada tengah dan melewati 'hidung' Kalimantan. Sesar ini juga masih bersambungan dengan Sesar Palu-Koro nan legendaris di Sulawesi Tengah.

"Lalu ada Sesar Meratus di selatan, di Pegunungan Meratus dekat Banjarmasin," terangnya.

Ditambahkannya, jarak lokasi calon ibukota baru Indonesia dengan Sesar Meratus dan Sesar Mangkalihat, masing-masing 200 kilometer dan 250 kilometer. Secara geodetik, masing-masing sesar tersebut mampu melepaskan gempa bumi tektonik dengan magnitudo maksimum 7.

Dengan memperhatikan jarak dengan calon ibukota baru tersebut, bila terjadi gempa dengan magnitudo 7,0 pada salah satu dari Sesar Meratus dan Sesar Mangkalihat, maka lokasi calon ibukota baru itu bisa diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 5 hingga 6. Untuk diketahui, tingkat intensitas getaran pada angka ini memiliki potensi merusak.

"Keras, tapi belum akan merusak bangunan bermutu baik," terang Ma'rufin.

Namun bila dibandingkan dengan Jakarta, Ma'rufin, mengatkaan kondisinya lebih baik. Sebab, Jakarta berdiri di atas segmen Sesar Baribis-Kendeng, yang punya kemampuan setara dengan Sesar Meratus. Karena itu, daerah yang memiliki jarak ratusan kilometer dari sesar aktif, tentu berbeda bila dibandingkan dengan daerah yang berada di atas sesar aktif.

Rawan Karhutla

Tak hanya itu, lokasi baru tersebut juga dinilai rawan bencana alam lainnya, yakni kebakaran hutan dan lahan. Terkait hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah merilis data kebakaran hutan sepanjang enam bulan pertama 2019 terjadi di 28 provinsi dengan total 135.749 hektare pada akhir Juli 2019.

Dari jumlah ini, Kalimantan menyumbang asap kebakaran hutan sebesar 12,4 persen atau sebesar 16.892 hektare.

Dilansir tempo, untuk seluruh kawasan di Kalimantan, Kaltim berada di urutan kedua tertinggi dengan luas hutan yang terbakar mencapai 4.430 hektare. Sejauh ini, luas kebakaran tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan dengan 4.670 hektare. Di posisi ketiga ada, Kalimantan Tengah dengan 3.618 hektar, Kalimantan Barat 3.315 hektar, dan Kalimantan Utara 859 hektar.

Namun data berbeda ditunjukkan hasil Monitoring Sistem Karhutla di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Menuru versi lembaga ini, Karhutla tertinggi justru terjadi di Kalimantan Barat dengan 2.578 hektare, disusul Kalimantan Tengah 1.103 hektare dan Kalimantan Selatan dengan 590 hektare. Selanjutnya, baru disusul Kalimantan Timur 136 hektare dan Kalimantan Utara 40 hektare.  ***