Menu

Semakin Sulit, Ini Keluhan Petani Karet di Bengkalis yang Terusan Anjlok

Dahari 26 Mar 2020, 07:47
Harga karet di Bengkalis anjlok (foto/int)
Harga karet di Bengkalis anjlok (foto/int)

RIAU24.COM - BENGKALIS- Para petani karet di Kabupaten Bengkalis khususnya di Pulau Bengkalis terus mengelus dada. Pasalnya, sejak sepekan ini harga getah karet atau ojol di Pulau Bengkalis mengalami penurunan cukup drastis.

Apalagi, sejak lima tahun belakangan ini, harga getah (ojol red,) yang merupakan mata pencarian warga masyarakat di Pulau Bengkalis tekhusus para petani karet tidak pernah naik mencapai Rp10 ribu perkilogram ya.

zxc1

Sebelumnya dari harga eceran Rp7-8 ribu perkilogran, hari ini harganya anjlok dan hanya berkisar Rp4-5 ribu perkilogram.

Kondisi ini diduga karena dampak wabah penyebaran virus corona atau covid-19 dan memaksa seluruh kegiatan pabrik dan pengepul berhenti beroperasi.

zxc2

Kondisi ini menjadi kekhawatiran bagi petani karet jika terus terpuruk dan harga getah karet semakin turun.

"Harga ojol sekarang turun untuk eceran Rp5 ribu. Katanya gara-gara pabrik tutup sementara dan belum beroperasi lagi," ujar Yono salah seorang penyadap karet warga Kecamatan Bantan.

"Mudah-mudahan masalah di daerah kita segera selesai dan harganya naik lagi dan ekonomi masyarakat tidak semakin sulit. Sekarang ni harga masker macam lebih mahal dari pada ojol bang," ucapnya lagi.

Senada juga disampaikan Yuni petani karet asal Desa Simpang Ayam, Kecamatan Bengkalis. Yuni mengungkapkan terpuruknya harga karet tersebut memang sejak lima tahun ini.

"Sejak lima tahun ini sampai sekarang harga getah ojol tak pernah naik. Menderes getah memang kerja seharian kami. Memang itu mata pencarian, kalau tak noreh getah tidak makan pula nanti," ceritanya, Kamis 26 Maret 2020.

Disimpang ayam, ungkap Yuni harga getah ojol sebelumnya perkilogram nya dengan harha Rp6700-7000 ribu rupiah. Tetapi saat ini, harga getah ojol perkilonya hanya Rp6000 rupiah.

"Ya kita sebagai rakyat biasa dan orang kurang mampu, harus menjalani hidup ini dengan mencari nafkah lewat menoreh getah. Lain pula ceritanya kalau orang senang (kaya red,) mereka mana tau kesusahan kami ini yang hanya sebagai petani karet," pungkasnya seraya mengatakan selama lima tahun lebih ini hanya pas passan untuk makan. (R24/Hari)