Menu

Kasus Kematian Akibat Corona Mulai Menurun, Negara Ini Langsung Longgarkan Pembatasan Sosial, WHO Kecam Keras

Siswandi 14 Apr 2020, 09:21
Situasi di salah satu kota di Spanyol yang tampak sepi akibat lockdwon virus Corona. Foto: int
Situasi di salah satu kota di Spanyol yang tampak sepi akibat lockdwon virus Corona. Foto: int

RIAU24.COM -  Spanyol termasuk salah satu negara di Eropa yang kini tengah menjadi episentrum wabah virus Corona. Namun terhitung sejak Senin 13 April 2020 kemarin, pemerintah sayap kiri di negara itu sudah mulai melonggarkan pembatasan sosial. Bahkan, masyarakatnya sudah diharuskan untuk bekerja kembali. Kebijakan itu diambil setelah melihat terjadi penurunan kasus kematian akibat Corona selama dua minggu terakhir. 

Terkait kebijakan itu. respon keras pun datang dari organisasi kesehatan dunia WHO. Pasalnya, kebijakan Spanyol itu dikhawatirkan bisa berdampak fatal. Tak tanggung-tanggung, yang dikhawatirkan WHO adalah kemungkinan negara itu dilanda 'gelombang kedua' wabah Corona, yang diprediksi bakal tak kalah dahsyat. 

Dilansir viva, Selasa 14 April 2020, pemerintah sayap kiri Spanyol melihat tingkat kematian akibat virus Corona di negara itu menurun selama dua minggu terakhir. Alhasil para pekerja konstruksi dan pekerja lainnya kembali bekerja setelah dua minggu melaksanakan lockdown.

Korban tewas di Spanyol memperlihatkan tren penurunan pada Senin kemarin dengan jumlah 517 orang meninggal. Namun data juga menunjukkan bahwa kasus infeksi positif dikonfirmasi tengah naik menjadi 3.477 sejak 20 Maret 2020 lalu, yang kini menjadi 169.496 kasus.

"Kami tidak dalam fase de-eskalasi. Keadaan darurat masih berlaku dan demikian juga lockdown. Satu-satunya hal yang berakhir adalah periode hibernasi ekonomi ekstrem selama dua minggu,” lontar Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, seperti dirangkum independent.

“Pengurungan umum akan tetap menjadi aturan selama dua minggu ke depan. Satu-satunya orang yang diizinkan adalah mereka yang akan melakukan pekerjaan resmi atau melakukan pembelian resmi,” tambahnya.

Buntut dari kebijakan itu, pihak kepolisian membagikan jutaan masker di stasiun kereta api dan halte bus pada Senin kemarin. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Spanyol, Fernando Grande-Marlaska memperingatkan kesehatan para pekerja harus menjadi prioritas perusahaan tempatnya bekerja.

“Kesehatan pekerja harus dijamin. Jika ini terpengaruh minimal, aktivitas tidak dapat dimulai kembali.”

Untuk diketahui, selama dua minggu terakhir, di Spanyol hanya pekerja di sektor-sektor penting saja seperti kesehatan, polisi dan tentara yang diizinkan untuk pergi bekerja.

Hal ini mengikuti kebijakan yang diambil pemerintah Italia. Setelah melihat penurunan tingkat kematian di negeri pizza itu, tindakan lockdwon sedikit dilonggarkan dengan mengizinkan sejumlah toko kecil untuk buka kembali. Tetapi, negara itu masih menerapkan lockdown sampai 3 Mei mendatang. 

Seperti diketahui, Italia juga salah satu negara di Eropa yang menjadi episentrum penyebaran virus Corona di Benue Eropa 

Ditentang WHO
Tak ayal, kebijakan Spanyol yang melonggarkan pembatasan sosial itu, langsung ditentang WHO. Organisasi itu menilai, apabila pembatasan sosial ini dicabut terlalu cepat “gelombang kedua” merebaknya COVID-19 bisa akan terjadi.

Pendapat senada juga dilontarkan seorang profesor epidemologi dari Universitas Barcelona yang telah memberikan masukan untuk pemerintah tentang cara menangani wabah ini. Dia juga mengatakan bahwa beberapa pejabat tadinya belum berkonsultasi dengan ahli kesehatan sebelum keputusan itu diambil.

"Adalah logis untuk mencoba untuk kembali normal dalam semua kegiatan ekonomi tetapi ini harus disertai dengan sistem yang baik untuk mendeteksi dan memperlakukan sistem baru yang terjadi," lontarnya. ***