Menu

Jokowi Diprediksi akan Sulit Lakukan Reshuffle Karena Statusnya Sebagai 'Petugas Partai'

Satria Utama 1 Jul 2020, 20:31
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi

RIAU24.COM -  Sejak Presiden Joko Wododo berpidato sambil marah-marah, Isu reshuffle dalam dua hari terakhir berhembus begitu kencang. Namun, pengamat menilai rencana reshuffle tidak akan mudah dilakukan karena status yang disandang Jokowi sebagai petugas partai.

"Saya menilai reshuffle menteri bakal terhalang party power atau kekuatan partai, apalagi Megawati Soekarnoputri (Ketum PDIP) menyebut Jokowi petugas partai," kata Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, Rabu (1/7) seperti dilansir RMOL.

Menurut Jerry, akan sulit untuk melakukan reshuffle. Lantaran Jokowi harus berhadapan dengan kaum elitis, pimpinan parpol sampai para cukong yang mendukungnya pada pilpres lalu.

"Entah ini sikap Jokowi menyalahkan dirinya, lantaran salah memilih menteri-menterinya, ataukah beliau geram tapi hanya disampaikan secara lisan tanpa tulisan, kemarahan ini hanya peringatan saja, shock therapy kepada bawahannya, ataukah ini menutupi kelemahannya," ungkapnya.

Masalahnya, ucap Jerry, kalau dilakukan reshuffle maka dampaknya buruk terhadap kinerja bahkan kredibilitasnya. Lantaran, pada Febuari lalu juga sempat diutarakan akan reshuffle kabinet.

"Takutnya publik tak akan percaya lagi. Saya dorong Presiden jangan takut reshuffle.Sekali lagi jika tidak maka ini akan menjadi bumerang bagi mantan Walikota Solo ini. Jadi dibutuhkan bukan hanya gertak sambal tapi langsung bertindak," jelas dia.

Jerry berharap agar ini bukan politik ingkar janji atau pepesan kosong dimainkan dalam isu reshuffle. "Marah ini bisa saya indentikan mau cari selamat, mencari atensi publik, baper, faktor pembenaran, tak ingin disalahkan publik, sebuah drama politik ataupun politik gimmick," ucapnya.

Terakhir, Jerry berharap, Jokowi harus tegas agar negeri ini tak dijuluki 'negeri imbauan maupun "negeri wacana' belaka.***