Menu

Bukan Kaleng-Kaleng, Selain Tokoh Pers Hasril Chaniago Juga Peneliti Sejarah dan Penulis Profil Tokoh Minangkabau

Riko 9 Sep 2020, 12:36
Hasril Chaniago (net)
Hasril Chaniago (net)

RIAU24.COM - Sepak terjang Hasril Chaniago di dunia pers, tidak diragukan lagi. Wartawan senior yang sudah melalang melintang di dunia peliputan dan penelitian ini tidak hanya pernah melakukan peliputan di dalam negeri, tetapi juga pernah melakukan peliputan di luar negeri.

Dikutip dari laman wikipedia, Hasril pernah melakukan Perang Bosnia-Herzegovina (1992) dan Konflik Moro di Mindanao, Filipina Selatan (1996). Pria kelahiran Nagari Koto Tangah Simalanggang pada 20 Januari 1962. Setelah tamat dari STM Negeri Bukittinggi sebagai juara umum pada tahun 1982, ia mendapatkan tiket mahasiswa undangan untuk kuliah di FKT IKIP Padang. Namun, kesempatan itu tidak diambilnya karena kecewa dengan kebijakan Menteri Pendidikan Daoed Joesoef yang waktu itu melarang tamatan STM melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri kecuali untuk pendidikan keguruan, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menjadi insinyur dan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Berbekal pengalaman sebagai pengasuh majalah sekolah Gesit, ia memilih terjun langsung ke dunia jurnalistik dan tulis-menulis.

Selama bekerja di Harian Singgalang, ia sempat mengikuti beberapa pendidikan jurnalistik di berbagai tempat, seperti di Universitas Andalas, Padang (1983), Medan (1986), dan Arlington, Virginia, sembari menjadi visiting editor di surat kabar Tallahassee Democrat, Florida, Amerika Serikat pada tahun 1998. Sambil menjadi wartawan dan penulis, ia pernah menjadi Konsultan Pengembangan Media Haluan Media Group dan Ketua Dewan Redaksi Harian Haluan (2010–2012). Selain itu, ia pernah menjadi Redaktur Eksekutif Harian Singgalang (1986–1998), kontributor dan redaktur tamu Majalah Ekonomi Prospek Jakarta, Pemimpin Redaksi Mimbar Minang (1999–2005), koresponden majalah Milenia Muslim (Malaysia) untuk Indonesia (2007–2008), dan Board of Editorial Majalah Indonesian Leaders Jakarta (2015–2016).

Selain bekerja sebagai wartawan dan penulis sejak tahun 1982, ia aktif dalam kepengurusan PWI Sumatra Barat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi (1997–2001), Ketua Dewan Kehormatan Daerah (2001–2006), dan Penasihat (sejak 2006 sampai sekarang). Ia adalah pemegang sertifikat kompetensi Wartawan Utama Dewan Pers dan Tim Penguji Kompetensi Wartawan PWI Pusat. Sebagai wartawan, ia telah melakukan perjalanan jurnalistik ke lebih dari 30 negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, di antaranya pernah meliput Perang Bosnia-Herzegovina (1992) dan Konflik Moro di Mindanao, Filipina Selatan (1996).

Ia aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan demokrasi. Pada tahun 2003–2004 menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Sumatra Barat, dan Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Barat (2005). Ia juga aktif di kepengurusan berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan seperti Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dan Persyarikatan Muhammadiyah (terakhir sebagai Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatra Barat).

Selain sebagai jurnalis dan peneliti, banyak karya yang diciptakan Hasril bersama sejarahwan Sumatera Barat Almarhum Mestika Zet. Pada awal kariernya, Hasril pernah menulis sejumlah cerpen dan novel yang dimuat sebagai cerita bersambung dalam Harian Haluan dan Harian Singgalang. Belakangan, ia lebih dikenal sebagai penulis buku sejarah dan biografi. 

Seorang aktifis reformasi 1998 yang juga menjadi jurnalis, Yon Erizon mengatakan Hasril Chaniago selain jurnalis juga seorang peneliti sejarah di Sumatera Barat. "Bang Hasril banyak bekerjasama dengan sejarahwan alm Mestika Zed, mereka melakukan penelitian sejrah Minang Kabau. Pak Mestika bidang sejarah, dan bang Hasril penulisnya," ucap mantan Pimred Haluan Padang ini.

Yon Erizon menyatakan Hasril Cahniago selain tokoh pers, juga dapat dikatakan sebagai sejrahwan Sumbar. Karena banyak melakukan penelitian sejarah. "Beliau banyak menulis profil tokoh-tokoh Sumatera Barat, baik zaman kemerdekaan maupun zaman Orde Lama," kata Yon Erizon.

Di antara karya Hasril adalah:

1.Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995 (1995, bersama Mestika Zed dan Edy Utama)
2. Catatan Seorang Pamong: Hasan Basri Durin (1997)

3. Biografi Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt. Rangkayo Basa: Gubernur di Tengah Pergolakan (1998)
4. Perlawanan Seorang Pejuang: Biografi Kolonel Ahmad Husein (2001, bersama Mestika Zed)
5. Indarung: Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia (2002 bersama Mestika Zed dan Khairul Jasmi)
6. Polisi Pejuang, Polisi Masyarakat: Sejarah Kepolisian RI di Sumatera Barat/Tengah (2006)
7. Labbaika: Catatan, Kenangan dan Pengalaman di Bawah Langit Baitullah (2007)
8.101 Orang Minang di Pentas Sejarah (2010)
9. Hasan Basri Durin: Sebuah Otobiografi (2010, bersama Eko Yanche Edrie)
10. 50 Tahun Bank Nagari Membangun Negeri (2012, bersama Eko Yanche Edrie)
11. Mohammad Rani Ismael: Sosok Pengusaha Demi Aka (2014)
12.Yohana Yembise: Mutiara Dari Timur, Kisah Hidup Menteri Perempuan Pertama dari Papua (2017)
13. 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang (2017)
14. Vier Abdul Jamal: Legenda Pasar Modal Indonesia, Bertarung di Tengah Badai (2018)
15. Haji Bustamam Pendiri Restoran Sederhana (2019)
16. Mestika Zed: Bintang Sejarawan Indonesia Generasi 80-an (2019, bersama Gusti Asnan)
17. H. Arnis Saleh: Saudagar Emas Minangkabau (2020)
18. Baginda Dahlan Abdullah: Bapak Kebangsaan Indonesia (2020, bersama Nopriyasman dan Iqbal Alan Abdullah)


Zuiyen Rais: Wartawan Walikota, Walikota Wartawan (2020, bersama Eko Yanche Edrie)
Siti Aminah—Hiroko Osada: Kisah Hidup dan Perjuangan Seorang Putri Bangsawan Jepang Untuk Kemerdekaan Indonesia (2017)
Irman Gusman: Bunga Rampai Nusantara (2016)
Arwin Rasyid: Telkom 3010 (2015)
Irman Gusman: Jiwa yang Merajut Nusantara (2012)
Ensiklopedi Minang (Edisi Pertama) (2004)
Profil 200 Tokoh Minang (1995)