Menu

Mati Kelaparan, Pria Ini Berbagi Kisah Bagaimana Kehidupan Para Migran Rohingya Semakin Sulit Karena Dihantam Pandemi

Devi 12 Jul 2021, 14:01
Foto : worldofbuzz
Foto : worldofbuzz

RIAU24.COM -  Sementara banyak orang di seluruh dunia telah kehilangan pekerjaan dan sekarang berjuang untuk bertahan hidup, namun tahukah Anda ternyata komunitas tertentu bahkan tidak pernah memiliki kesempatan untuk bekerja untuk bertahan hidup.

Seorang politisi lokal Malaysia bernama Steven Sim menulis di halaman Facebook-nya untuk menampilkan perjuangan komunitas Rohingya di Penang saat ia membagikan 100 set bantuan makanan.

“Tidak diberi bantuan oleh pihak berwenang karena mereka bukan orang Malaysia”

Dia menulis, “Penyakit dan kelaparan tidak memilih antara ras atau agama. Hampir setiap hari, saya dihubungi oleh orang-orang Rohingya di Penang, meminta bantuan makanan. Mereka tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki penghasilan dan yang paling menyedihkan adalah mereka tidak diberi bantuan oleh pihak berwenang karena mereka bukan orang Malaysia.”

Di antara orang-orang Rohingya yang membutuhkan bantuan adalah ibu-ibu yang menangis putus asa karena anak-anak kecil mereka tidak memiliki makanan untuk dimakan. Bahkan ada orang dewasa yang kelaparan berhari-hari agar anak-anak bisa makan.

zxc2

“Saya tidak tahu bagaimana mereka mendapatkan nomor saya, tetapi ketika saya menerima panggilan telepon mereka yang meminta bantuan, saya tidak mau menolaknya. Setiap hari kami mengirim ke rumah-rumah orang Rohingya, seperti kami mengirim bantuan kepada penduduk setempat. Dua hari lalu, saya menelepon perwakilan komunitas Rohingya untuk membahas bantuan yang lebih komprehensif. Banyak yang menelepon tidak fasih berbahasa Melayu, dan saya tidak mampu membantu setiap kasus yang datang dari komunitas Rohingya. Oleh karena itu, saya menyetujui 100 set bantuan sembako kepada perwakilan agar mereka dapat membagikannya kepada keluarga yang membutuhkan bantuan, ”jelasnya.

Menurutnya, komunitas migran dan warga asing mungkin menjadi salah satu yang paling terdampak akibat pandemi.

Mati kelaparan

“Saya telah diberitahu bahwa di Sabah, para migran mati kelaparan. Demi kemanusiaan, saya membuat beberapa kontribusi kecil. Selain warga Rohingya, pekan ini saya juga telah mengirimkan 100 set bantuan pangan kepada komunitas migran di Labuan, Sabah. Saya berharap bantuan tersebut setidaknya dapat mengisi perut mereka yang lapar dan meringankan rasa khawatir mereka,” tambahnya.

Meskipun komunitas ini belum menerima bantuan dari pihak berwenang, ada baiknya melihat bahwa orang Malaysia masih melangkah untuk mengakui perjuangan dan bantuan mereka semampu mereka.

Kita dapat mengikuti contoh pria ini dengan membantu para migran di mana pun berada dengan semampu kita, tanpa melihat ras, agama atau warga negaranya.