Menu

Mengingat Malala Yousafzai, Pelajar Cilik yang Ditembak Pasukan Taliban di Leher dan Kepala

Rizka 17 Aug 2021, 16:04
google
google

RIAU24.COM -  Beberapa waktu lalu pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan, Taliban merajalela dan kini telah menguasai negara tersebut.

Pemerintahan sah Afghanistan bentukan negara-negara sekutu bubar dan sang presiden kabur dengan membawa uang yang sangat banyak.

Pemerintahan Joe Biden malah menyalahkan penguasa Afghanistan yang bubar atas kemenangan dan kembalinya Taliban berkuasa. Joe Biden baru saja menarik ribuan tentaranya dari tanah Afghanistan sebelum kekacauan terjadi begitu cepat.

Taliban pernah berkuasa di Afghanistan dengan memberlakukan kebijakan-kebijakan kontroversi termasuk soal wanita. Salah satu korban kekejaman Taliban adalah pelajar cilik Malala Yousafzai, yang ditembak pasukan Taliban Pakistan pada Oktober 2012.

Malala tidak asing dengan ancaman pembunuhan setelah membuat blog yang berisi bagaimana berjuang hidup di bawah kekuasaan Taliban di layanan BBC Urdu. Publikasinya mengkritik Taliban dan tindakan kekerasan melawan anak-anak sekolah.

Malala ditembak di leher dan kepala saat perjalanan pulang dari sekolah pada 9 Oktober 2012. Ia selamat dan menjadi duta besar dunia untuk hak semua anak untuk pergi ke sekolah.

Peluru yang ditembakan hampir mengenai otaknya. Enam hari setelah ditembak, Malala pun dibawa ke RS Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris. Dia menghabiskan tiga bulan di rumah sakit dan menjalani beberapa kali operasi.

Tembakan itu tidak menghentikannya untuk melakukan kampanye hak pendidikan bagi perempuan. Termasuk menulis blog anonim untuk BBC dan tampil di dokumenter New York Times.

Dia bahkan merayakan ulang tahun ke-16 dengan memberikan pidato di PBB dan menjadi orang termuda yang dinominasikan penghargaan Nobel Perdamaian. Dia juga mendirikan Malala Fund, organisasi non-profit untuk mendukung pendidikan perempuan di seluruh dunia.

Taliban tampaknya kesal dengan Malala yang ternyata bisa bertahan hidup dan terus aktif sebagai pejuang kebebasan. Pada awal Oktober 2013, Taliban Pakistan menyatakan jika ada kesempatan akan membunuh Malala Yousafzai karena dianggap menyerang Islam. 

Juru bicara Taliban Pakistan menyatakan tidak menarget karena advokasi Malala terkait pendidikan untuk perempuan.

"Kami menarget Malala Yousafzai karena dia menyerang dan melecehkan Islam. Jika kami menemukan dia lagi, (maka dia) akan kami bunuh dan kami akan merasa bangga atas kematiannya," ujar Shahidullah Shahid kepada ABC News saat itu.