Menu

Miris! Remaja SMP di Tasikmalaya Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

Zuratul 22 Jul 2022, 09:32
Ilustrasi/pikiranrakyatdepok
Ilustrasi/pikiranrakyatdepok

RIAU24.COM - Seorang peudah berusia 11 tahun dikabupaten Tasikamalaya, jawa Barat meninggal dunia setelah mengalami depresi akibat prundungan yang dilakukan oleh teman-temannya.

Lelaki muda ini diketahui dipaksa untuk bersetubuh dengan kucing sambil direkam enggunakan ponsel.

Video perundungan itupun tersebar ke media sosial. Bocah tersebut sempat depresi hingga meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.

Ibu korban, Ti (39) mengatakan anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal. Anaknya mengeluhkan rasa sakit di tenggorokannya yang membuatnya enggan makan dan minum.

Anak laki-lakinya itu, dikethaui setelah kejadian ia lebih banyak melamun dan merenung, tak seperti biasanya.

Ti tak menyangka anaknya mendapatkan perundungan, sebab saat itu anaknya hanya mangaku sakit tenggorokan. Bahkan anak keduanya itu sempat muntah begitu diberi minum air putih.

“Kalau ke kami ngakunya sakit ternggorokan dimasukin air saja dimuntahin lagi. Kami bawa ke rumah sakit, tapi meninggal dunia,” ujar Ti mengutip dari CNN (Jumat, 22/7).

Ti akhirnya menyaksikan video perundungan yang menimpa anaknya. Ia sempat bertanya kepada anaknya, kenapa mau melakukan aksi tersebut. Korban menjawab mendapatkan paksaan dan pemukulan dari teman sebayanya.

"Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh, Pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur, Pak, pas lihat videonya," ujar Ti.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) mengidentifikasi pelaku bully yang membuat bocah itu meninggal dunia berjumlah sebanyak empat orang.

"Pelaku terduganya empat orang," ujar Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, Kamis (21/7).

Ato mengatakan KPAID terus mengawal kasus pilu yang dialami bocah 11 tahun tersebut. Selain mendampingi korban, KPAID juga akan mendampingi dari sisi pelaku. KPAID mengantisipasi agar para terduga pelaku tak jadi korban bully lagi setelah kejadian tersebut.

"Yang kami khawatirkan para pelaku jadi korban bully juga karena kejadian ini. Mereka kan anak-anak juga yang mungkin juga korban karena perkembangan medsos atau lainya. Makanya kami akan dampingi," tutur Ato.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) akan menurunkan Tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk membantu penyelidikan kasus tersebut.

"Terkait adanya peristiwa tersebut, besok Tim PPA Polda Jabar akan melakukan asistensi," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo, Kamis (21/7).

Adapun kasus ini, kini ditangani Polres Tasikmalaya. Nantinya, Tim PPA Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar akan membantu penyelidikan kasus tersebut, dikutip dari CNN.

"Tim akan melakukan asistensi ke polres untuk pendalaman dan klarifikasi-klarifikasi," ucap Ibrahim.

Di sisi lain, Manager Program Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar Diana Wati mengaku akan terus memantau kasus perundungan terhadap bocah hingga meninggal dunia tersebut.

Diana mengatakan, LPA berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengusut tuntas kasus ini. Termasuk, LPA di Tasikmalaya dan Polres Tasikmalaya.

"Kami sedang mencari tahu kronologi lengkapnya karena kami baru tahu juga informasinya. Ini ironi sekali, apalagi saat mengetahui pelaku adalah anak-anak juga," kata Diana.

Diana menyatakan pihaknya mendukung penuh agar pihak kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. Agar kasus ini tak berulang, perlu dilakukan pengusutan mendam hingga mengetahui latar belakang pelaku.