Menu

Misteri Hilangnya Organ Tubuh Korban Bunuh Diri Massal di Kenya 

Zuratul 11 May 2023, 10:31
Misteri Hilangnya Organ Tubuh Korban Bunuh Diri Massal di Kenya. (CNNIndonesia/Foto)
Misteri Hilangnya Organ Tubuh Korban Bunuh Diri Massal di Kenya. (CNNIndonesia/Foto)

RIAU24.COM - Otopsi pada mayat yang ditemukan di kuburan massal terkait dengan sekte agama di Kenya menunjukkan organ yang hilang sehingga menimbulkan kecurigaan pengambilan paksa.

Penemuan kuburan massal yang dikenal dengan"pembantaian hutan Shakahola" bulan lalu itu mengejutkan negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Kristen yang sangat religius.

Polisi percaya sebagian besar jasad itu adalah pengikut pendeta gadungan Paul Nthenge Mackenzie yang dituduh memerintahkan mereka melaparkan diri "untuk bertemu Yesus".

Meski kelaparan tampaknya menjadi penyebab utama kematian, beberapa korban, termasuk anak-anak, dicekik, dipukuli, atau mati lemas, menurut kepala ahli patologi pemerintah, Johansen Oduor.

Dalam sebuah dokumen pengadilan dikatakan beberapa mayat telah diambil organnya, sehingga polisi menuduh para tersangka terlibat dalam pengambilan paksa bagian tubuh.

"Laporan post-mortem menunjukkan organ yang hilang pada beberapa tubuh korban yang telah digali," kata inspektur kepala Martin Munene dalam surat pernyataan yang diajukan ke pengadilan Nairobi.

Diyakini kasus ini berhubungan dengan perdagangan organ tubuh manusia yang terkoordinasi dengan baik dan melibatkan beberapa pemain, katanya, tanpa memberikan rincian tentang dugaan perdagangan tersebut.

Martin Munene mengatakan Yehezkiel Odero, seorang televangelis terkenal yang ditangkap bulan lalu sehubungan dengan kasus yang sama, telah menerima "transaksi tunai yang sangat besar," yang diduga dari pengikut Paul Mackenzie yang menjual properti mereka di rumah pemimpin sekte itu.

Pengadilan Nairobi memerintahkan pihak berwenang untuk membekukan lebih dari 20 rekening bank milik Odero selama 30 hari.

'Kejahatan yang sangat terorganisir'

Sebanyak 112 orang sejauh ini dipastikan tewas, kata Menteri Dalam Negeri Kithure Kindiki awal pekan lalu, setelah tiba di Malindi untuk mengawasi dimulainya kembali penggalian, yang sempat ditangguhkan karena cuaca buruk.

"Upaya pencarian dan penyelamatan orang-orang yang diduga bersembunyi di semak-semak telah dilakukan," kata Kindiki, yang menambahkan sejauh ini 65 orang telah diselamatkan.

"Apa yang kita alami di Shakahola adalah salah satu tragedi terburuk yang pernah dialami negara kita," kata Kindiki kepada wartawan.

Sejumlah tim sudah menggali setidaknya 20 kuburan massal yang diyakini berisi "beberapa korban", tambahnya.

"Saya khawatir ada lebih banyak kuburan di hutan ini, karena itu kami menyimpulkan ini adalah kejahatan yang sangat terorganisasi."

Tidak jelas bagaimana Paul Mackenzie berhasil menghindari penegakan hukum meski memiliki riwayat ekstremisme dan kasus hukum sebelumnya.

Mantan sopir taksi itu menyerahkan diri pada 14 April setelah polisi memasuki hutan Shakahola di mana sekitar 50 kuburan massal dangkal ditemukan berdasarkan informasi yang mereka terima.

Jaksa memerintahkan penahanan ayah tujuh anak sekaligus pendiri Gereja Internasional Kabar Baik itu selama 90 hari sampai penyelidikan selesai.

Presiden William Ruto berjanji akan menindak keras gerakan keagamaan yang tumbuh di Kenya setelah insiden ini, dan menyoroti kegagalan mengatur gereja dan sekte yang tidak bermoral.

(***)