Menu

Sudah Berpacaran Selama 5 Bulan, Dini Disebut Terjebak Toxic Relationship hingga Akhirnya Tewas Dianiaya

Rizka 9 Oct 2023, 16:34
Dini Sera
Dini Sera

RIAU24.COM - Kasus anak anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) aniaya pacar hingga meninggal di Surabaya meninggalkan luka. Khususnya bagi keluarga korban.

Diketahui, Gregorius Ronald Tannur (Ronald) melakukan penganiayaan terhadap kekasihnya, Dini Sera Afrianti (Dini), yang berujung pada kematian. Keduanya disebut menjalin hubungan selama 5 bulan sebelum peristiwa memilukan itu terjadi pada 4 Oktober 2023.

Psikolog klinis dan forensik Riza Wahyuni, SPsi. MSi., menyebut bahwa hubungan Ronald dan Dini bisa dibilang toxic relationship. Sebab korban sempat curhat di akun TikTok bahwa dia kerap mendapat perlakuan kasar dari Ronald.

Tim Kuasa Hukum keluarga Andini, Dimas Yemahura Al Farauq mengatakan, selama ini Dini atau Andini memang kerap mendapatkan perlakuan kasar dari Ronald.

Meski telah mendapatkan penganiayaan berulang kali, Andini tak pernah memberi kabar kepada keluarganya di Sukabumi, Jawa Barat.

Toxic relationship terjadi ketika sebuah relasi atau hubungan bukan lagi media yang membuat seseorang bertumbuh, tapi justru menimbulkan rasa terkekang, lelah, tidak berharga dan tersakiti berulang-ulang.

Sering kali seseorang atau pasangan tidak menyadari bahwa dia sedang terjebak dalam toxic relationship karena dianggap 'umum' terjadi dalam sebuah hubungan.

Psikolog klinis dewasa Alfath Hanifah Megawati, M.Psi. menjelaskan dalam toxic relationship, perilaku yang tidak sehat itu masih mungkin untuk dimaklumi kemunculannya, karena dianggap umum terjadi dalam relasi. Misalnya adalah kecemburuan. Bahkan pasangan dalam relasi sehat sangat mungkin merasakan cemburu.

"Namun, pada toxic relationship, kemunculannya berulang (misalnya: cemburu terus menerus) dan reaksi yang berlebihan (misalnya: karena cemburu, kita tidak diperbolehkan berteman dengan siapapun). Kemungkinan untuk memaklumi perilaku karena dianggap umum terjadi pada relasi, yang membuat toxic relationship menjadi sulit untuk dikenali, bahkan untuk ditinggalkan," jelasnya.

Psikolog yang akrab disapa Ega ini kembali menjelaskan bahwa toxic relationship umumnya ditandai dengan pola yang merusak dan menyakiti pasangan, baik dilakukan secara sepihak, atau satu sama lain.

Pola yang paling sering terlihat dari toxic relationship adalah merendahkan pasangan, mengontrol atau memanipulasi, pasif-agresif, tidak mengapresiasi, kecurigaan berlebihan, tidak memberikan ruang bagi pasangan untuk menjalin relasi dengan orang di sekitarnya, dan hanya peduli pada kebutuhan diri sendiri.

Perlu diingat bahwa toxic relationship berbeda dengan abusive relationship yang cenderung mengarah pada kekerasan fisik maupun verbal. Namun toxic relationship sangat berpotensi berkembang jadi abusive relationship.

"Bisa dikatakan bahwa toxic relationship berbeda dengan abusive relationship, tapi toxic relationship sangat mungkin berkembang menjadi abusive relationship," terang psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.