Menu

Nyamuk Berwolbachia Disebar di 5 Kota, Wamenkes RI Buka-bukaan soal Kendalanya

Devi 26 Mar 2024, 13:09
Nyamuk Berwolbachia Disebar di 5 Kota, Wamenkes RI Buka-bukaan soal Kendalanya
Nyamuk Berwolbachia Disebar di 5 Kota, Wamenkes RI Buka-bukaan soal Kendalanya

RIAU24.COM - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menuturkan bahwa inovasi nyamuk ber-wolbachia masih menjadi salah satu langkah pemerintah dalam penanggulangan masalah demam berdarah dengue (DBD). Tercatat masih terdapat tren peningkatan kasus DBD, secara kumulatif di 2024 mencapai 38.462 kasus dengan provinsi Jabar menyumbang terbanyak pasien DBD yakni 10.428 pasien. Disusul Jatim dengan kisaran 3.600 pasien.

Melihat hasil pemantauan dan penelitian nyamuk ber-wolbachia yang dilakukan di Provinsi DIY sejak 2014 hingga saat ini, Dante optimistis bahwa program dapat menjadi solusi masalah DBD yang tinggi di Indonesia.

"Kalau dilihat bagaimana perjalanan kasus ini di daerah DIY ketika kita menggunakan wolbachia, kasus DBD nya makin lama makin turun. Kasus yang terjadi sekarang sampai 2023 di DIY di mana wolbachia sudah berkembang pesat dan kawin dengan nyamuk aedes aegypti. Akhirnya keturunanya adalah keturunan yang tidak bisa menularkan dengue dari host ke host lainnya," kata Dante dalam rapat kerja bersama DPR RI Komisi IX, Senin (26/3/2024).

Proses penyebaran nyamuk ber-wolbachia sudah mulai dilakukan di 5 kota piloting Semarang, Bontang, Kupang, Bandung, dan Jakarta Barat. Tak sepenuhnya lancar, Dante menuturkan bahwa pihak Kemenkes menemui sejumlah masalah.

Mulai dari masih banyaknya hoax yang beredar di masyarakat, hingga bibit nyamuk ber-wolbachia yang gagal berkembang akibat masalah cuaca panas.

"Beberapa mengalami kendala karena suhu daerah tersebut terlalu tinggi, sehingga wolbachia tidak bisa berkembang jentiknya, seperti di daerah Kupang itu wolbachia itu tidak terlalu bisa berkembang. Seperti juga di Kalimantan (Bontang). Namun, untuk beberapa kota bisa berkembang dan bisa menurunkan angka DBD," ujarnya.

Berkaitan dengan inovasi nyamuk ber-wolbachia yang dilakukan pemerintah, pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyambut baik hal tersebut. Langkah tersebut bisa menjadi sebuah inovasi baru penanganan DBD yang memang kerap menjadi masalah di Indonesia.

Namun, menurutnya diperlukan langkah yang lebih besar lagi agar permasalahan DBD yang terus terjadi bisa benar-benar dikendalikan. Terlebih persoalan DBD yang berulang merupakan masalah yang kompleks.

"Trennya makin buruk seiring dengan perubahan iklim, maka dari itu perlu dicari solusi yang alternatif tadi. Bukan hanya dalam konteks ada riset tentang wolbachia ya, itu silahkan dilakukan ya tapi tidak cukup hanya dengan wolbachia saja," kata Dicky Budiman pada detikcom, Selasa (26/3/2024).

"Pengendalian nyamuk ini kompleks, ada faktor hostnya, ada vektor, lingkungannya. Gambaran misalnya untuk kota-kota besar, padat penduduk, gedung di mana-mana kita tahu curah hujan relatif tinggi, penggunaan teknologi pemantauan nyamuk itu juga penting," tandasnya. ***