Perbaiki Angka Kelahiran, Warga Korea Selatan Diminta Kurangi Jam Kerja

RIAU24.COM - Para peneliti mengungkapkan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi krisis angka kelahiran di Korea Selatan. Caranya adalah dengan memperpendek jam kerja menjadi 35 jam per minggu.
Menurut studi, jam kerja yang berlebihan membuat pasangan muda di Korea Selatan tidak memiliki keinginan untuk berkeluarga. Laporan tersebut dipublikasikan oleh Gyeonggi Research Institute (GRI).
Dari penelitian mereka, angka kelahiran yang sangat rendah di negara tersebut berkaitan dengan budaya perusahaan yang menuntut jam kerja yang panjang untuk kemajuan karier.
Diketahui, Korea Selatan memiliki angka kesuburan terendah. Data pemerintah dari tahun 2023 menunjukkan jumlah rata-rata bayi yang diharapkan lahir dari wanita di Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,72, yang sebelumnya 0,78.
Peneliti GRI mengatakan jam kerja yang ditetapkan Korea Selatan saat ini adalah 52 jam per minggu. Aturan tersebut diterapkan pada tahun 2018, yang terdiri dari 40 jam standar ditambah 12 jam lembur.
Kondisi ini disebut tidak memberikan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan yang cukup bagi warganya yang ingin berkeluarga.