Utang Negara Membengkak: Kredibilitas Ekonomi Indonesia Ditarik Turun
Sementara itu, realisasi belanja modal hanya mencapai 21% dari total anggaran, padahal pemerintah gencar mengklaim fokus pada pembangunan infrastruktur dan transformasi digital. Ini menambah ironi bahwa utang besar tidak diimbangi dengan produktivitas fiskal.
“Negara kehilangan efektivitas dalam membelanjakan uang rakyat,” kata Bhima Yudhistira, Direktur CELIOS.
Ia menyebut bahwa kredibilitas ekonomi Indonesia saat ini tengah diuji, bukan hanya di pasar keuangan, tetapi juga di ruang publik yang makin kritis.
Rocky Gerung menutup dengan pernyataan yang menggugah: “Kalau negara hanya didefinisikan oleh APBN, maka kita tak lebih dari perusahaan besar yang terus-menerus butuh investor baru. Padahal republik seharusnya dibangun dari legitimasi, bukan hanya likuiditas.”
Dengan utang yang terus menanjak dan orientasi ekonomi yang kabur, pertanyaan besar pun muncul: apakah kita sedang membangun negara berdaulat, atau sekadar mengelola perusahaan tanpa arah?
(***)