Sejumlah Saksi Ungkap Kecacatan Secara Formil dalam Pembentukan UU Konservasi SDA
Dia menjelaskan dalam praktiknya Indonesia menafikkan faktor kultur dalam konservasi. Negara hanya menganggap interaksi antara faktor hayati dan non hayati sebagai ekosistem yang menjadi rujukan konservasi.
"Padahal, kami menganggap faktor terpenting dalam praktik dan manajemen konservasi itu adalah faktor kultur, karena masyarakat adat di Indonesia itu mempunyai interaksi dengan bentang alamnya itu melahirkan kultur yang filosofinya adalah menjaga bentang alam tersebut, karena semua komunitas masyarakat adat tujuannya itu adalah untuk survivalitas membangun kesejahteraan," tutur Putu.
Faktor lainnya yang lebih penting adalah masyarakat adat di Indonesia mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan praktik konservasi sesuai dengan bentang alamnya.
"Misal di daerah kami disucikan, macam-macam lah kita bisa lihat berbagai praktik konservasi di masyarakat adat Indonesia dan sudah terbukti berhasil menjaga bentang alam yang masih lestari ratusan bahkan ribuan tahun," ujarnya.
Putu bersama sejumlah masyarakat adat Tamblingan sedang berjuang mengembalikan kawasan konservasi menjadi hutan adat yang suci seperti awalnya.
Kawasan Danau Tamblingan dan Hutan Mertajati bagi masyarakat adat setempat adalah kawasan suci milik mereka sejak seribu tahun lalu.