Menu

Rocky Gerung Soroti Skenario Pemakzulan Gibran: Antara Jalur Konstitusi dan Tekanan Massa Ala 1998

Zuratul 24 Jul 2025, 09:39
Rocky Gerung Soroti Skenario Pemakzulan Gibran: Antara Jalur Konstitusi dan Tekanan Massa Ala 1998. (Screenshot)
Rocky Gerung Soroti Skenario Pemakzulan Gibran: Antara Jalur Konstitusi dan Tekanan Massa Ala 1998. (Screenshot)

Skenario Tekanan Massa: Jalan Efisien ala Reformasi

Namun demikian, Rocky menilai jalur konstitusional terlalu lambat dan tidak realistis dalam konteks tekanan politik kontemporer. Ia menyebut skenario kedua sebagai pilihan yang “lebih efisien”, yakni melalui tekanan politik besar dari masyarakat sipil, khususnya mahasiswa, seperti yang terjadi pada 1998 saat Presiden Soeharto mundur.

"Kalau kasusnya dibuka, mahasiswa masuk, demo ke DPR... misalnya 1 minggu 4 hari demo masif. Asal polisi jangan larang mahasiswa, itu tinggal bisikin pada Pak Gibran," kata Rocky. Ia bahkan menyebut peran intelijen, kepolisian, dan unsur militer sebagai pihak yang bisa memberi tekanan secara halus kepada Gibran agar mengundurkan diri.

"'Pak Gibran, demonya ini akan berlanjut loh, jadi tinggal pilih mengundurkan diri atau 98'. Gitu-gitu aja kan, lebih efisien," imbuh Rocky.

Gibran Dinilai Sebagai "Beban Politik"

Menurut Rocky, akar dari desakan pemakzulan ini adalah persepsi bahwa Gibran bukan aset strategis bagi Prabowo, melainkan beban politik. Ia mengkritik tajam kapasitas kepemimpinan Gibran, yang menurutnya belum siap menghadapi situasi politik atau keamanan darurat.

Halaman: 123Lihat Semua