Thailand Kembali Melancarkan Serangan Udara Terhadap Kamboja Meski Ada Mediasi Trump
RIAU24.COM - Thailand melancarkan serangan udara baru terhadap Kamboja pada hari Senin (8 Desember), ungkap militer Thailand, di tengah saling tuding atas bentrokan perbatasan yang menewaskan seorang tentara Thailand.
Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menengahi perjanjian damai antara kedua negara tetangga tersebut pada bulan Oktober.
Sebelumnya pada hari yang sama, juru bicara Angkatan Darat Thailand, Winthai Suvaree, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Kamboja menembaki pasukan Thailand di Provinsi Ubon Ratchathani.
Setelah itu, Angkatan Darat menerima laporan bahwa tentara Thailand diserang dengan senjata api pendukung, yang mengakibatkan satu tentara tewas dan empat lainnya luka-luka.
Ia menambahkan bahwa Thailand telah mulai menggunakan pesawat untuk menyerang target militer di beberapa wilayah guna meredam serangan pasukan Kamboja.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengonfirmasi bahwa serangan yang menargetkan pasukan mereka dilancarkan oleh pasukan Thailand di provinsi perbatasan Preah Vihear dan Oddar Meanchey, Senin dini hari.
Ia juga menuduh Thailand melepaskan beberapa tembakan dengan tank di Kuil Tamone Thom dan area lain di dekat Kuil Preah Vihear.
Ia menambahkan bahwa Kamboja tidak membalas.
Juru bicara pemerintah provinsi Oddar Meanchey, Met Measpheakdey, mengatakan bahwa tembakan dilaporkan terjadi di area kuil Tamone Thom dan Ta Krabei yang berusia berabad-abad.
Ia menambahkan bahwa sejumlah penduduk desa yang tinggal di dekat perbatasan melarikan diri ke tempat yang aman.
Sementara itu, Wilayah Militer Kedua Thailand menyatakan bahwa sekitar 35.000 orang telah dievakuasi dari wilayah-wilayah di sepanjang perbatasan sejak bentrokan baru meletus.
Pada hari Minggu (8 Desember), kedua belah pihak melaporkan pertempuran singkat yang kemudian menyebabkan dua tentara Thailand terluka.
Militer Thailand juga menuduh Kamboja menembakkan roket BM-21 ke wilayah sipil di Provinsi Buri Ram, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Awal tahun ini, konflik militer selama lima hari meletus antara kedua negara tetangga, menewaskan 43 orang dan menyebabkan sekitar 300.000 orang mengungsi.
Pada bulan Oktober tahun ini, Trump turut menandatangani deklarasi bersama antara Thailand dan Kamboja, bersama Tiongkok dan Malaysia, pada KTT ASEAN.
Namun, gencatan senjata tersebut dilanggar bulan lalu ketika beberapa tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau darat.
(***)