Menu

Said Aqil Bilang Imam Selain NU Salah, DMI: Lucu, Tapi Menyedihkan

M. Iqbal 28 Jan 2019, 14:10
Sekretaris Jenderal DMI, Imam Addaruqutni
Sekretaris Jenderal DMI, Imam Addaruqutni

RIAU24.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj membuat pernyataan kontroversial dan menjadi perhatian berbagai kalangan.

Hal itu terkait pernyataan dia bahwa yang mengatakan bahwa jika beberapa peran seperti imam masjid, khatib maupun kantor urusan agama (KUA) harus dipegang oleh NU. Jika tidak dipegang oleh NU, semuanya salah.

Said Aqil sendiri menginginkan warga NU mesti berperan dalam berbagai bidang di masyarakat. Salah satunya di bidang keagamaan.
zxc1

"Berperan di tengah masyarakat. Peran agama. Harus kita pegang. Imam masjid, khatib, KUA (kantor urusan agama), harus dari NU. Kalau dipegang selain NU, salah semua," kata Said yang dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu, 27 Januari 2019.

Terkait hal itu, Dewan Masjid Indonesia (DMI) pun ikut bersuara. Namun, DMI sendiri tak menganggap serius  yang menyebut jika imam dan khatib masjid selain NU maka akan salah.

Menurut keterangan Sekretaris Jenderal DMI, Imam Addaruqutni, pernyataan Said Aqil bukanlah sesuatu yang aneh. Sebab, dia menilai Said Aqil merupakan ketua PBNU paling lucu dalam sejarah NU.

"Kami begini saja sekarang ya, sudah, memang lucu itu Pak Said Aqil, sudah lucu dari dulu, jadi pernyataannya memang lucu," ujar Imam yang dilansir dari CNN Indonesia, Senin, 28 Januari 2019.

Dia menambahkan, pernyataan Said dinilai sama saja seolah membuat negara diambil alih oleh NU. Lebih radikal dari definisi radikal itu sendiri. "Padahal KH Hasyim (pendiri NU) saja tidak pernah bicara seperti itu," kata dia.

Dia menambahkan, DMI secara internal tidak akan merespons secara berlebihan klaim dan tudingan ketua umum PBNU 2010-2020 tersebut.

"Pernyataan itu kami anggap lucu, tapi cukup menyedihkan, tapi kami di DMI tak menghiraukan pernyataan itu," lanjut dia.
zxc2

Dia kembali menjelaskan, terkait penunjukan imam dalam sebuah masjid, kata dia, semuanya ditentukan oleh metode dan penilaian dari Perguruan Tinggi Ilmu Quran (PTIQ). Begitu juga dengan standar seorang khatib dalam sebuah masjid.

"Jadi baik NU atau Muhammadiyah, kita tidak mempersoalkan itu," tutupnya.

Nu