Menu

Kisah Ucok, Warga Inhu Yang Butuh Perhatian Pemerintah

Elvi 15 May 2019, 13:15
sosok Ucok dengan sepeda bekas hasil daripada karyanya/azi
sosok Ucok dengan sepeda bekas hasil daripada karyanya/azi

RIAU24.COM -  INHU - Lahir dalam bentuk tubuh mungil alias cebol, bukanlah kemauan dan keinginan kita, melainkan itu sudah kehendak yang Maha Kuasa. Namun perlu diingat, walaupun kita dilahirkan dalam keadaan kurang sempurna, hendaknya kita harus tetap bersyukur apa yang sudah digariskan dan diberikan oleh Sang Pencipta terhadap kita sebagai Insan yang beriman.

Seperti halnya yang dialami oleh Ucok (23) anak pertama dari pasangan suami - istri Sinaga dan Erita Hutabarat ini, lahir dalam bentuk tubuh mini dan mungil walau usianya saat ini sudah beranjak di angka 23 sedangkan tingginya kurang dari satu meter.

Ditemui di kediamannya jalan Poros Simpang 3 Blok E, Kelurahan Pangkalan Kasai, Rabu 15 Mei 2019 Anak pertamanya itu kata Sinaga ayah daripada Ucok memaparkan, Ucok yang dilahirkan pada tahun 1996 tersebut memang lain dari pada anak lainnya pada umumnya. Waktu kecilnya ia (Ucok) sering sakit - sakitan sehingga kami harus berobat kesana - sini untuk kesembuhannya.

Tumbuh dalam ketidaksempurnaan kami tetap bersyukur dan sangat menyayangi anak kami dan merawatnya dengan penuh kasih sayang, dengan satu harapan kelak Ucok dapat menjadi anak yang baik, tabah, tegar dan kuat dalam menghadapi cobaan hidup yang dijalaninya.

Dalam tumbuh dewasa kamipun selalu memberikan dorongan dan motivasi dan menanamkan agar Ucok untuk tidak minder apalagi kurang pedr dalam hidup bermasyarakat.

Dalam diri anak kami (Ucok) diusianya yang sudah menginjak remaja sampai saat ini boleh dikatakan sudah dewasa mempunyai cita-cita yang besar ingin menjadi pedagang yang sukses.

Tentu saja keinginan itu kami sebagai orang tua sangat mendukungnya. Bahkan pada 4 tahun silam dengan modal yang minim kami arahkan anak kami Ucok untuk berjualan sepeda bekas di depan rumah kami.

Tentu saja ini bukanlah hal yang mudah buat kami untuk membiayai jualan sepeda bekas yang memang kami hidup dari keluarga kurang mampu. Untuk memenuhi keinginan Ucok kami coba pilihkan batangan sepeda rongsokan yang sudah tidak terpakai lagi.

"Kebetulan memang kami adalah pengumpul barang-barang rongsokan, " ujar Sinaga.

Nah dari barang sepeda rongsokan itulah Ucok memulai karirnya sebagai pedagang sepeda bekas, dimana batangan sepeda tersebut dibersihkan lalu dicatnya dan di belikan peralatan supaya sepeda tersebut bisa dijual dan dapat menghasilkan uang.

Namun lagi-lagi semua itu nampaknya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perlu biaya yang lumayan besar menurut ukuran dari kehidupan keluarga Sinaga. Dengan  modal yang pas-pasan dan peralatan yang serba manual Ucok tetap menekuni usahanya tersebut.

Dari mulai mencari batangan sepeda bekas hingga akhirnya dapat terbentuk berupa sepeda yang bisa digunakan, terus dilakukan oleh Ucok walau hasilnya belum maksimal. Hasil dari kerja kerasnya sepeda Ucok bisa di jual dari Rp. 150.000 hingga 250 ribu per unitnya tergantung ukuran.

Untuk mewujudkan keinginannya Ucok bercerita ingin mempunyai bengkel sepeda yang memadai seperti ditopang dengan peralatan yang canggih dan komplit. Namun keinginannya itu harus dipendam dalam-dalam, mengingat kedua orang tuanya tidak mampu untuk membiayai keinginannya itu.

Cuman ia berharap mungkin kepada pemerintah Inhu dapat membantu keinginan Ucok ini, untuk menjadi seorang pedagang sepeda bekas yang sukses walau dengan keterbatasan fisik yang ia miliki pada saat ini.

"Saya berharap ada pihak terkait yang dapat membantu usaha jualan sepeda bekas saya ini," harap Ucok.***

R24/phi/azi


Nama : Ucok
Umur  : 23 tahun
Alamat: Jalan Poros Simpang 3     
Blok E, Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida, Kabupaten Inhu.