Menu

Dulu Impor dari Rusia, China Kini Jadi Produsen Senjata Nomor Dua Terbesar Dunia

Satria Utama 27 Jan 2020, 10:52
 China  Jadi Produsen Senjata Nomor Dua Terbesar Dunia
China Jadi Produsen Senjata Nomor Dua Terbesar Dunia

RIAU24.COM -  Selain hebat soal perekonomian, industri persenjataan China juga berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir. Jika 10 tahun lalu negeri Tirai bambu ini masih mengimpor senjata, kini China telah menjelma menjadi salah satu negara produsen senjata terbesar di dunia.

Menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Swedia, China merupakan produsen senjata terbesar kedua di dunia, di bawah Amerika Serikat (AS) dan di atas Rusia.

SIPRI menyatakan, industri persenjataan China tumbuh karena tiga dari 10 perusahaan senjata top dunia berasal dari negara itu. "Kami dengan yakin menyatakan bahwa China merupakan produsen senjata terbesar kedua di dunia, di bawah AS dan di atas Rusia," kata Nan Tian, ​​penulis laporan tersebut, seperti dikutip dari AFP, Senin (27/1/2020).

Ini merupakan perkembangan mengejutkan karena 10 tahun terakhir China masih mengandalkan persenjataan dengan mengimpor dari Rusia dan Ukraina. "Mereka tidak perlu lagi bergantung pada negara lain untuk persenjataan," ujar Tian.

Selain itu, perusahaan-perusahaan senjata China kini jauh lebih terspesialisasi dibandingkan para pesaingnya dari luar negeri. Misalnya, sebagian besar produk yang dihasilkan perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC), hanya pesawat terbang dan alat pendukung penerbangan. Sementara sebagian besar produsen non-China mencakup berbagai produk militer. "Semuanya terkunci di bawah istilah keamanan nasional," kata Tian.

Laporan itu juga mengungkap, empat perusahaan China semuanya berada di peringkat 20 besar. Meskipun tidak ada data statistik resmi tentang ekspor senjata China, laporan itu mencatat bahwa industri senjata telah berkembang ke titik di mana ada peningkatan permintaan luar negeri. SIPRI menyebut, China diperkirakan negara eksportir senjata terbesar kelima di dunia.

Tian mengatakan, salah satu cerita sukses China di pasar global adalah keberhasilan mereka mengembangkan drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pesawat itu bahkan telah digunakan dalam konflik di Libya dan Yaman.

Masuknya China dalam pasar perdagangan senjata meningkatkan kekhawatiran terkait dengan perdamaian internasional. Pasalnya China belum menandatangani banyak peraturan pengendalian senjata, termasuk Perjanjian Perdagangan Senjata yang disetujui oleh Majelis Umum PBB pada 2013.

Sayangnya, kata Tian, saat ini tak ada aturan yang membatasi ekspor persenjataan. "Tidak ada sistem mengikat yang dapat meminta pertanggungjawaban China dan para eksportir lain," kata Tian.

Meski demikian SIPRI menggarisbawahi, kurangnya transparansi menjadi catatan tersediri mengenai laporan yang dibuatnya. Para peneliti SIPRI sebelumnya berjuang untuk memperoleh data valid tentang kekuatan industri persenjataan China. Tak mudah untuk mendapatkan data itu karena semua produsen alat pertahanan merupakan badan usaha milik negara.***