Menu

Menambang Timah Dari Laut di Indonesia

Devi 9 Jun 2021, 09:37
Foto : Aljazeera
Foto : Aljazeera

RIAU24.COM - Dari pantai pulau Bangka di Indonesia, penambang seperti Hendra berangkat dengan perahu setiap hari ke armada ponton kayu yang dibangun secara kasar di lepas pantai yang dilengkapi untuk mengeruk dasar laut untuk mendapatkan deposit bijih timah yang menguntungkan.

Indonesia adalah pengekspor timah terbesar di dunia yang digunakan dalam segala hal mulai dari kemasan makanan hingga elektronik dan sekarang teknologi hijau.

Tetapi deposit di pusat pertambangan Bangka-Belitung telah dieksploitasi secara besar-besaran di darat, meninggalkan bagian pulau di lepas pantai tenggara pulau Sumatra yang menyerupai lanskap bulan dengan kawah yang luas dan danau pirus yang sangat asam.

Penambang malah beralih ke laut.

“Di darat, pendapatan kami berkurang. Tidak ada lagi cadangan,” kata Hendra, 51, yang beralih kerja di pertambangan timah lepas pantai sekitar setahun lalu setelah satu dekade berkecimpung di industri itu. Di lautan, ada jauh lebih banyak cadangan."

Sering dikelompokkan di sekitar lapisan timah bawah laut, perkemahan ponton yang bobrok mengeluarkan gumpalan asap hitam dari generator diesel yang bergemuruh begitu keras sehingga para pekerja menggunakan gerakan tangan untuk berkomunikasi.

Hendra, yang menggunakan satu nama seperti kebanyakan orang Indonesia, mengoperasikan enam ponton, masing-masing diawaki tiga hingga empat pekerja, dengan pipa-pipa yang panjangnya bisa lebih dari 20 meter (66 kaki) untuk menyedot pasir dari dasar laut.

Campuran air dan pasir yang dipompa dialirkan melintasi hamparan tikar plastik yang menjebak pasir hitam berkilauan yang mengandung bijih timah.

Hendra termasuk di antara puluhan penambang rakyat yang bermitra dengan PT Timah untuk mengeksploitasi konsesi penambang negara. Para penambang dibayar sekitar 70.000 hingga 80.000 rupiah (USD 4,90 hingga USD 5,60) untuk setiap kilogram pasir timah yang mereka pompa, dan sebuah ponton biasanya menghasilkan sekitar 50 kg sehari, kata Hendra.

Timah telah meningkatkan produksi dari laut. Data perusahaan menunjukkan cadangan timah terbukti di darat adalah 16.399 ton tahun lalu, dibandingkan dengan 265.913 ton di lepas pantai.

Ekspansi besar-besaran, ditambah dengan laporan penambang ilegal yang menargetkan deposit lepas pantai, telah meningkatkan ketegangan dengan para nelayan, yang mengatakan bahwa tangkapan mereka telah runtuh karena perambahan yang terus-menerus di tempat penangkapan ikan mereka sejak 2014.

Nelayan Apriadi Anwar mengatakan, dulu, penghasilan keluarganya cukup untuk membiayai dua adiknya untuk kuliah, namun beberapa tahun terakhir mereka nyaris tidak mampu. “Jangankan kuliah, sekarang untuk membeli makanan saja susah,” kata Apriadi, 45, yang tinggal di Desa Batu Perahu.

Apriadi mengatakan jaring ikan bisa tersangkut di peralatan pertambangan lepas pantai saat menjaring dasar laut untuk menemukan lapisan bijih yang telah mencemari perairan yang dulunya murni. “Ikan semakin langka karena karang tempat mereka bertelur sekarang tertutup lumpur hasil penambangan,” tambahnya.

Kelompok lingkungan hidup Indonesia Walhi telah berkampanye untuk menghentikan penambangan di laut, terutama di pantai barat Bangka, di mana hutan bakau relatif terpelihara dengan baik. Penambang tanpa izin bekerja di area penambangan timah di Toboali, di pantai selatan pulau Bangka, Indonesia. Penambang yang terus bekerja di darat harus mengerahkan alat berat yang mahal untuk menggali lebih dalam bijih timah karena cadangan menipis.