Menu

Cerita Jenazah Ulama yang Dikenal Pemabuk dan Doyan Pelacur

Azhar 23 May 2022, 12:00
Ilustrasi. Sumber: Internet
Ilustrasi. Sumber: Internet

RIAU24.COM Sultan Turki Utsmani, Sultan Murad IV yang memerintah mulai 10 September 1623 hingga 9 Februari 1640 memiliki kisah hidup yang tak biasa.

Hal ini diketahui melalui buku harian yang digunakan untuk menuliskan berbagai pengalaman yang ia alami selama memegang kekuasaan, diceritakan ulang oleh Ustadz Khalid Basalamah dalam ceramahnya yang ditayangkan di Youtube Channel Muda Mengaji, dikutip dari detik.com.

Semua bermula ketika Sultan Murad IV merasa gundah gulana tanpa sebab lalu mengajak kepala pengawal untuk berjalan-jalan ke luar istana dengan menyamar layaknya rakyat jelata.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka berdua menemukan seorang pria tergeletak di lorong sempit yang telah meninggal dunia tanpa ada satu pun yang memperdulikannya.

Sultan Murad IV sempat bingung melihat peristiwa itu. "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun orang di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya. "Siapa dia? Di mana keluarganya?" tanya Sultan Murad IV.

"Orang ini suka menenggak minuman keras dan berzina!" jawab salah seorang warga kepada Sultan Murad.

"Tapi, bukankah dia termasuk umat Nabi Muhammad?" kata Sultan Murad IV.

Orang-orang yang diajak bicara Sultan Murad IV terdiam lalu tergerak untuk mengangkat jenazah lelaki tersebut untuk dibawa ke rumahnya.

Begitu jenazah tiba di rumah keluarganya, orang-orang langsung pergi. Hanya tinggal Sultan Murad IV dan kepala pengawalnya yang bertemu dengan istri pria tersebut.

Sang istri tak kuasa menahan tangis saat mendapati suaminya sudah terbujur kaku sambil mengucap doa,"Semoga Allah Subhanahu Wataala merahmatimu wahai Wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang soleh."

Sang Sultan Murad IV kemudian kembali kaget saat mendengar doa perempuan tersebut yang menyebut bahwa pria yang meninggal itu adalah wali Allah.

Sebab hal itu berbeda dan berlawanan dengan yang disebutkan oleh banyak orang.

"Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah, sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya?"

Perempuan tersebut menjawab, "Hampir setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko minuman keras. Dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawa ke rumah lalu dibuang ke dalam toilet. Sambil berkata, "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin."

Selain membeli minuman keras untuk dibuang ke toilet, ulama ini juga sering mendatangi tempat pelacuran.

Dia menemui sejumlah pelacur dan memberi mereka uang.

Kepada para pelacur yang sudah dia beri uang, pria tersebut berkata, "Malam ini kalian sudah saya bayar, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".

Pria itu kemudian pulang ke rumah. "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pria-pria Islam," kenang sang istri.

Namun orang sekitar hanya tahu bahwa pria yang meninggal tersebut adalah penyuka miras dan pelacur.

Sang istri sering menyampaikan kekhawatirannya kepada sang suami. "Suatu saat nanti kalau kamu mati, tidak ada kaum muslimin yang akan mau memandikan, mensholati dan menguburkan jenazahmu".

Mendengar ucapan suang istri, suaminya hanya tertawa sambil berkata ,"Jangan takut, nanti kalau aku mati, aku akan disalati oleh Sultanku, kaum muslimin, para ulama dan para Wali," kata pria tersebut kepada istrinya.

Mendengar cerita tersebut, Sultan Murad IV menangis. Dia kemudian menyebutkan bahwa ia adalah Sultan yang sedang menyamar dan siap mengurusi jenazah pria tersebut sampai ke pemakaman.

Benar saja, Atas perintah Sultan Murad IV, jenazah ini menjalani proses pemakaman yang dihadiri para ulama, para wali Allah dan seluruh masyarakat Turki.