Menu

Bersiap! Hujan Meteor Akan Menghiasi Langit Malam Akhir Juli 2022, Catat Waktunya

Amastya 19 Jul 2022, 08:09
Ilustrasi hujan meteor yang akan terjadi di akhir Juli 2022 /pixabay
Ilustrasi hujan meteor yang akan terjadi di akhir Juli 2022 /pixabay

RIAU24.COM Fenomena langit selalu menarik perhatian banyak orang, tidak hanya peneliti tetapi juga masyarakat umum.

Salah satu fenomena langit yang diperkirakan terjadi pada akhir Juli 2022 adalah hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids.

Fenomena ini terjadi di langit selatan dan dapat diamati dari wilayah Indonesia.

Dikutip dari laman resmi BRIN, hujan meteor adalah fenomena astronomi tahunan yang terjadi ketika sejumlah meteor tampak meluncur satu demi satu dari titik tertentu di langit.

Meteor ini terlihat seperti bintang jatuh atau bintang bergerak. Meteor sebenarnya adalah batuan atau debu antarplanet yang masuk ke atmosfer dan kemudian terbakar karena gesekan atmosfer.

Thomas Djamaluddin  selaku peneliti Senior Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan pada akhir Juli akan terjadi hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids. Kedua hujan meteor ini terjadi di langit selatan sehingga dapat diamati dari Indonesia.

Hujan meteor Alpha-Capricornids ini dapat diamati pada tanggal 30-31 Juli 2022 mulai pukul 20.00 WIB di ufuk timur. Namun waktu terbaik untuk menyaksikan fenomena ini adalah setelah tengah malam ke arah langit selatan. 5 meteor diperkirakan muncul per jam melewati langit. Hujan meteor ini berasal dari gugusan debu komet 169P/NEAT yang melewati bumi,” ujar Thomas.

“Debu komet yang berukuran kecil masuk ke atmosfer bumi dan terbakar seperti bintang jatuh. Meski jumlah meteornya sedikit, terkadang hujan meteor ini menunjukkan meteor terang dari sisa-sisa komet yang lebih besar,” jelasnya.

Sementara itu, hujan meteor Delta Aquariids dapat diamati pada 29-30 Juli mulai pukul 23.00 WIB di ufuk timur. Puncaknya sekitar pukul 02.00 WIB di langit selatan.

Hujan meteor ini menampilkan puluhan meteor per jam. Debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini,” katanya.

Thomas menambahkan, kombinasi dua hujan meteor di langit selatan akan menjadi daya tarik bagi pengamat langit di Indonesia.

Diharapkan kondisi kering dan tidak ada gangguan cahaya bulan membuat pengamatan hujan meteor akan lebih menarik.

Jika ingin melihat langsung, pilih lokasi pengamatan yang minim gangguan cahaya dan bidang pandang ke langit selatan yang tidak terganggu oleh pepohonan atau bangunan.

Mengamati meteor lebih baik dilakukan tanpa alat, karena mata memiliki bidang pandang yang lebih luas.

“Apakah hujan meteor ini berbahaya? Benar-benar tidak berbahaya. Sisa debu komet terbakar di ketinggian di atas 80 km,” pungkasnya.

(***)