Menu

Mahasiswa Rusia Terancam Penjara 10 Tahun Usai Cetuskan Antiperang di Medsos

Amastya 20 Feb 2023, 10:57
Olesya Krivtsova, seorang mahasiswi di Rusia terancam hukuman penjara 10 tahun usai cuitkan antiperang di medsos /BBC
Olesya Krivtsova, seorang mahasiswi di Rusia terancam hukuman penjara 10 tahun usai cuitkan antiperang di medsos /BBC

RIAU24.COM Olesya Krivtsova seorang mahasiswi di Rusia, terpaksa absen dari sejumlah mata kuliah di kampusnya karena telah menjadi tahanan rumah. Di kakinya terpasang peranti elektronik sehingga polisi bisa memantau setiap gerak-geriknya.

Olesya dilaporkan ditangkap karena mengunggah konten-konten bernada antiperang di media sosial. Salah satunya terkait dengan ledakan di jembatan yang menghubungkan Rusia dengan wilayah Krimea yang mereka aneksasi, pada Oktober lalu.

"Saya mengunggah Instagram story tentang jembatan itu, merefleksikan bagaimana orang-orang Ukraina senang dengan apa yang telah terjadi," kata Olesya dikutip BBC.

Dia juga membagikan unggahan temannya mengenai perang. Dari situlah drama dimulai.

"Saya sedang menelepon ibu saya ketika mendengar pintu depan dibuka. Banyak polisi masuk. Mereka mengambil ponsel saya dan meneriaki saya untuk tengkurap di lantai," kenang Olesya.

Olesya dituduh membenarkan aksi terorisme dan mendiskreditkan angkatan bersenjata Rusia. Dia menghadapi ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.

"Saya tidak pernah membayangkan ada orang yang bisa dipenjara begitu lama karena mengunggah sesuatu di internet," kata Olesya.

"Saya sudah melihat ada banyak vonis gila di Rusia, tetapi saya tidak terlalu memperhatikan dan tidak menyuarakannya," tambahnya.

Olesya, yang merupakan mahasiswa Universitas Federal Utara di Arkhangelsk, kini telah masuk ke dalam daftar resmi teroris dan ekstremis Rusia.

"Ketika saya menyadari bahwa saya dimasukkan ke dalam daftar yang sama dengan penembak sekolah dan kelompok ISIS, saya pikir itu gila," tuturnya.

Selama menjadi tahanan rumah, dia dilarang berbicara melalui telepon maupun online.

"Seorang teman menunjukkan unggahan tentang saya dalam sebuah obrolan, tentang bagaimana saya menentang 'operasi militer khusus'. Sebagian besar orang dalam obrolan itu adalah mahasiswa sejarah. Mereka mendiskusikan apakah akan melaporkan saya ke pihak berwajib atau tidak," ungkapnya.

Dilansir dari BBC sebuah komentar dari obrolan grup tersebut menuduh Olesya telah menulis unggahan provokatif dari seorang pecundang dan ekstremis.

Disitu juga tertulis bahwa tindak Olesya tidak pantas dalam masa perang dan harus dihentikan sejak awal.

"Pertama mari kita coba untuk mendiskreditkannya. Kalau dia tidak mengerti, biarkan pihak keamanan yang menanganinya," tulis pesan tersebut.

"Kecaman adalah tugas seorang patriot," tulis yang lainnya.

Belakangan, saat daftar saksi penuntut dibacakan di persidangan, Olesya mengenali nama-nama itu terdapat di ruang obrolan para mahasiswa.

Sementara itu, sudah satu tahun sejak Kremlin meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina, istilah yang digunakan Putin untuk invasi besar-besaran ke negara tetangganya.

Dalam beberapa minggu setelah serangan itu, Putin menyerukan kepada masyarakat Rusia untuk memisahkan patriot sejati dari sampah dan pengkhianat.

Sejak saat tu, bermunculan laporan-laporan khas era Soviet terhadap orang-orang yang mengkritik perang di seluruh Rusia.

Laporan-laporan itu diantaranya berasal dari siswa yang melaporkan guru atau pekerja yang melaporkan rekan kerjanya.

Saat ini, kritikan publik terhadap invasi termasuk mengunggah ulang kritik orang lain dianggap berbahaya.

Pemerintah Rusia mengharapkan dukungan penuh dan gigih untuk serangan di Ukraina.

Apabila ada warga tidak mendukung serangan tersebut, setidaknya warga itu diharapkan untuk tetap bungkam. Jika nekad buka suara, akan ada serangkaian hukum represif untuk menindak perbedaan pendapat itu.

Hal itu termasuk undang-undang yang melarang penyebaran informasi palsu tentang militer dan mendiskreditkan tentara.

(***)