Menu

PKB Gabung dengan NasDem itu Jelas Merugikan untuk Prabowo, Ungkap Pakar Politik Ini

Zuratul 1 Sep 2023, 09:39
PKB Gabung dengan NasDem itu Jelas Merugikan untuk Prabowo, Ungkap Pakar Politik Ini. (detik.com/Foto)
PKB Gabung dengan NasDem itu Jelas Merugikan untuk Prabowo, Ungkap Pakar Politik Ini. (detik.com/Foto)

RIAU24.COM - Pengamat Politik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menilai duet Anies -Cak Imin yang tiba-tiba terbongkar.

"Keputusan PKB bergabung dengan NasDem itu jelas merugikan Prabowo. Untuk sementara, Prabowo kehilangan kesempatan untuk meningkatkan suara di basis pemilih PKB, terutama Jawa Timur (Jatim) dan massa Nahdliyyin," kata Saidiman, dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9/2023).

Menurut Saidiman, Prabowo membutuhkan dukungan massa PKB untuk mengimbangi bacapres Ganjar Pranowo di Jatim dan basis Nahdliyyin lainnya. Sehingga, hilangnya PKB dari koalisi menjadi kerugian besar bagi Prabowo.

Di sisi lain, Saidiman menyebut PKB memiliki alasan kuat meninggalkan koalisi pendukung Prabowo. Pasalnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sejak setahun lalu sudah digadang-gadang menjadi cawapres Prabowo.

"Mereka menyatakan dukungan paling awal pada Prabowo Subianto sejak setahun lalu, tapi proposal mereka untuk menjadikan Muhaimin sebagai cawapres tidak mendapat respons berarti dari Prabowo," kata Saidiman.

Kondisi itu diperparah dengan masuknya dua partai baru dalam Koalisi Indonesia Maju, yakni PAN dan Golkar yang membuat peluang Cak Imin semakin kecil untuk menjadi cawapres Prabowo.

Saidiman menduga, keputusan PKB yang cepat membangun koalisi bersama Partai NasDem juga dipicu perubahan nama koalisi Prabowo. Sebagaimana diketahui, koalisi tersebut mulanya bernama Kebangkitan Indonesia Raya.

"Dan itu (pergantian nama) tanpa konfirmasi PKB terlebih dahulu. Bagaimana pun, PKB adalah salah satu partai besar dengan basis massa yang solid," ungkap Saidiman.

"Jika diremehkan, PKB tentu semakin tidak punya alasan untuk tetap bersama Prabowo," sambungnya.

Oleh karenanya, Saidiman menilai Cak Imin yang merupakan pimpinan partai besar seperti PKB wajar kecewa jika dianggap sebelah mata oleh Prabowo. Terlebih, proposal cawapres Cak Imin cenderung diabaikan Prabowo.

"Ya, sebagai pemimpin partai besar, tentu sakit hati jika diambangkan bahwa diremehkan begitu," kata Saidiman.

Serupa, Direktur Ekseutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa Prabowo harus waspada dengan keluarnya PKB dari koalisinya. Pasalnya, Dedi menyebut PKB merupakan salah satu partai yang punya basis massa besar.

Terlebih suara tersebut cenderung solid sebagaimana PDIP di Jawa Tengah (Jateng) yang kuat mendukung Ganjar Pranowo.

"Gerindra sendiri tentu perlu waspada, bagaimanapun PKB membawa suara cukup solid dan besar, utamanya di Jawa Timur, lalu Jateng sudah dikuasai PDIP, sementara Jabar berbagi porsi dengan Anies, gambaran ini bisa membuat Gerindra khawatir," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, PKB dikabarkan bertolak ke Koalisi Perubahan dan Ketua Umumnya, Cak Imin menjadi cawapres dari Anies Baswedan. Kabar itu disampaikan Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya.

"Kemarin, 30 Agustus 2023, kami mendapatkan informasi dari Sudirman Said, mewakili capres Anies Baswedan, bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik Partai NasDem dan PKB, untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar," tutur Harsya.

"Persetujuan ini dilakukan secara sepihak atas inisiatif Ketum NasDem, Surya Paloh," pungkasnya.

Sementara itu Waketum Gerindra Habiburokhman mengatakan pihaknya tidak ingin berspekulasi terlalu jauh. Pihaknya menunggu informasi jelas dan resmi untuk menentukan sikap ke depan.

"Sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi resmi terkait masalah duet Anies-Muhaimin tersebut," kata Habiburokhman kepada wartawan, Kamis (31/8).***