Menu

China Gelar Latihan di Dekat Perbatasan Myanmar Setelah Konvoinya Terbakar

Amastya 26 Nov 2023, 13:59
Asap mengepul saat sebuah truk terbakar di dekat perbatasan Myanmar-China /Reuters
Asap mengepul saat sebuah truk terbakar di dekat perbatasan Myanmar-China /Reuters

RIAU24.COM Militer China bersiap-siap untuk kegiatan pelatihan tempur di sepanjang perbatasannya dengan Myanmar mulai Sabtu, menyusul insiden baru-baru ini di mana konvoi truk yang membawa barang ke Myanmar dilalap api.

Media pemerintah Myanmar menyebut insiden itu sebagai serangan pemberontak, berkontribusi pada meningkatnya kekhawatiran keamanan di China.

Ini terjadi pada saat yang penting ketika para pejabat China dan Myanmar terlibat dalam pembicaraan di ibukota Myanmar untuk mengatasi kekhawatiran tentang stabilitas perbatasan.

"Sekitar 120 dari 258 kendaraan yang membawa barang-barang rumah tangga, barang-barang konsumsi, pakaian, dan bahan bangunan hancur oleh api," kata surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah.

Juru bicara pemberontak Li Kyar Win membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan tindakan yang akan merugikan kepentingan rakyat Myanmar.

Komando Teater Selatan, salah satu dari lima komando Tentara Pembebasan Rakyat China, dilaporkan menyatakan di WeChat bahwa pelatihan itu akan menilai kemampuan manuver cepat, penyegelan perbatasan, dan kemampuan serangan api pasukan teater.

Namun, pengumuman itu tidak memberikan rincian spesifik mengenai waktu atau jumlah pasukan yang terlibat.

Junta mengatakan hubungan dengan Tiongkok bersahabat

Menurut juru bicara junta militer Zaw Min Tun, Myanmar diberitahu tentang latihan tersebut.

Dia mengatakan bahwa pasukan China bermaksud untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di dekat perbatasan tanpa mencampuri urusan dalam negeri Myanmar.

Zaw Min Tun meyakinkan bahwa hubungan militer antara China dan Myanmar kuat, dan kedua negara memiliki hubungan persahabatan.

Kebakaran konvoi terjadi di kota Muse dengan latar belakang militer Myanmar menghadapi tantangan dalam mempertahankan kendali atas beberapa kota dan pos-pos militer.

Negara ini bergulat dengan serangan yang signifikan dan terkoordinasi, yang mengakibatkan perpindahan lebih dari 2 juta orang, seperti yang dilaporkan oleh PBB.

(***)