Menu

China Jatuhkan Sanksi Terhadap 5 Produsen Militer AS Sebagai Pembalasan Atas Penjualan Senjata Ke Taiwan

Amastya 7 Jan 2024, 19:11
China-Taiwan /Reuters
China-Taiwan /Reuters

RIAU24.COM China telah mengumumkan penerapan sanksi terhadap lima produsen militer AS sebagai tindakan pembalasan atas penjualan senjata AS ke Taiwan, kata laporan media mengutip pernyataan juru bicara kementerian luar negeri pada hari Minggu (7 Januari).

Juru bicara itu mengatakan bahwa kelima perusahaan tersebut adalah BAE Systems Land and Armaments, Alliant Techsystems Operations, AeroVironment, Viasat, dan Data Link Solutions.

Taiwan, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Tiongkok, telah beroperasi sebagai entitas terpisah dari daratan sejak akhir perang saudara.

Selama bertahun-tahun, ia telah mengembangkan sistem politik dan ekonominya sendiri, berkembang menjadi demokrasi yang berkembang dengan identitas yang berbeda.

Namun, pemerintah China menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak dan secara konsisten menegaskan klaimnya atas pulau itu.

Undang-Undang Hubungan Taiwan (1979) mengikat AS untuk memberi Taiwan sarana yang diperlukan untuk mempertahankan diri. AS juga secara konsisten menyatakan dukungan untuk resolusi damai masalah lintas selat dan menentang perubahan sepihak terhadap status quo.

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan China-AS telah meningkat karena Beijing menjadi semakin tegas dalam mengejar klaim teritorialnya.

Ini telah menggunakan cara diplomatik dan militer untuk mengisolasi Taiwan secara internasional dan mencegah pemerintah asing terlibat dengan pulau itu.

Pemerintah China tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai reunifikasi, dan kegiatan militernya, seperti patroli udara dan angkatan laut di sekitar Taiwan, telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Amerika Serikat, di sisi lain, telah menegaskan kembali komitmennya terhadap pertahanan Taiwan dan telah meningkatkan dukungannya untuk pulau itu, termasuk penjualan senjata dan peningkatan kerja sama militer.

AS juga berusaha memperkuat hubungan dengan mitra regional yang berpikiran sama untuk mengimbangi pengaruh China yang semakin besar.

Selat Taiwan telah menjadi titik nyala geopolitik, dengan potensi salah perhitungan dan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Situasi ini semakin diperumit oleh persaingan strategis yang lebih luas antara China dan AS di berbagai domain, termasuk teknologi dan perdagangan.

(***)