Menu

Junta Myanmar Hukum Mati 3 Brigadir Jenderal Karena Hal Ini

Amastya 19 Feb 2024, 19:36
Pandangan umum menunjukkan Laukkai, ibu kota wilayah Kokang Myanmar /Reuters
Pandangan umum menunjukkan Laukkai, ibu kota wilayah Kokang Myanmar /Reuters

RIAU24.COM Junta di Myanmar telah menjatuhkan hukuman mati kepada tiga brigadir jenderal yang menyerah dengan ratusan tentara dan menyerahkan sebuah kota strategis di perbatasan China kepada kelompok pemberontak pada Januari.

Sebuah sumber militer mengatakan bahwa tiga pejabat tinggi militer, termasuk komandan kota Laukkai, dijatuhi hukuman mati, lapor kantor berita AFP pada Senin (19 Februari).

Belum diketahui kapan vonis ini diberikan. Sebelumnya, seorang juru bicara militer mengatakan kepada kantor berita bahwa brigadir jenderal berada dalam tahanan militer.

Sementara itu, tiga brigadir jenderal lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena peran mereka dalam penyerahan diri.

Kerugian besar bagi militer dalam beberapa dekade

Pada bulan Januari, ratusan tentara menyerah di Laukkai di negara bagian Shan utara kepada Aliansi Tiga Persaudaraan setelah berbulan-bulan pertempuran.

Penyerahan diri itu adalah salah satu kerugian terbesar bagi militer dalam beberapa dekade. Ini memicu kritik langka terhadap junta oleh para pendukungnya.

Setelah menyerah, para perwira dan pasukan mereka diizinkan meninggalkan daerah itu. Meninggalkan jabatan tanpa izin dapat dihukum mati, menurut hukum militer Myanmar.

Laukkai adalah kota terbesar yang direbut oleh aliansi – terdiri dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Arakan (AA) dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA).

Pada akhir Oktober tahun lalu, aliansi meluncurkan serangan kejutan di Myanmar utara. Sejak itu, mereka telah merebut beberapa kota dan pusat perdagangan yang menguntungkan di sepanjang perbatasan dengan China.

Masa lalu yang kelam

Laukkai memiliki masa lalu yang kelam. Kepala junta saat ini Min Aung Hlaing menjadi berita utama ketika pada tahun 2009, sebagai komandan regional, ia mengusir MNDAA dari kota itu, demikian menurut laporan AFP.

Tentara kemudian membentuk milisi yang memperkaya dirinya sendiri, memproduksi obat-obatan terlarang dan menjual perjudian dan seks kepada pengunjung dari seberang perbatasan Tiongkok.

Kemudian, kota ini menjadi terkenal karena penipuan online di mana ribuan warga negara China dan asing menipu rekan senegaranya melalui internet.

Dengan militer sekarang menyerah, sebuah sumber yang dekat dengan MNDAA mengatakan kepada AFP bahwa kelompok itu bekerja untuk memasang pemerintahan baru di kota itu.

(***)