Menu

Wanita Ini Sukses Pangkas BB 45 Kg dalam 9 Bulan, Begini Caranya

Devi 2 Mar 2024, 11:46
 Wanita Ini Sukses Pangkas BB 45 Kg dalam 9 Bulan, Begini Caranya
Wanita Ini Sukses Pangkas BB 45 Kg dalam 9 Bulan, Begini Caranya

RIAU24.COM - Seorang wanita bernama Lindsey Lonergan menceritakan pengalamannya setelah memiliki anak kedua. Tanpa disadari, berat badannya naik hingga 230 pon atau sekitar 104 kg dalam waktu beberapa bulan.
Lindsey tahu pasti itu sangat tidak baik untuk kesehatannya. Saat itu. ia hanya bisa terbaring di tempat tidur karena hiperemesis gravidarum selama kehamilan keduanya.

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi medis yang membuat ibu hamil mengalami mual dan muntah secara ekstrem. Kondisi ini bisa membuat ibu merasa lemas hingga tidak bisa beraktivitas.

"Saya tidak bisa bangun dari tempat tidur, dan saya tidak bisa makan apa pun yang sehat. Yang bisa saya makan hanyalah karbohidrat dan junk food, jadi berat badan saya terus bertambah," ungkap Lindsey yang dikutip dari Newsweek.

"Sepanjang kehamilan, saya ketakutan dan berpikir apakah kondisi ini (berat badannya) akan bertahan selamanya?" lanjutnya.

Setelah bayi keduanya lahir, Lindsey tetap tidak bisa diet karena sedang menyusui. Ia juga tidak bisa pergi ke gym dan merasa terbatas melakukan upaya untuk menurunkan berat badannya.

"Tapi saya berkomitmen. Berat saya 104 kg dan saya tahu saya harus menurunkannya. Berat badan saya tidak bisa melebihi batas normal bagi saya," tuturnya.

Untuk mengatasinya, ia melakukan tiga hal yang ternyata mampu membantu memangkas berat badannya.

1. Jalan kaki 10 ribu langkah sehari
Hal pertama yang dilakukan sehari-hari adalah berjalan 10.000 langkah setiap hari. Ia menggunakan bantuan alat aktivitas, fitbit, untuk menghitung langkahnya.

Setiap hari, Lindsey berjalan-jalan di trotoar sambil mendorong kereta bayinya. Ia merasa kesulitan karena beban yang dibawanya terlalu besar.

"Punggungku pegal, kakiku pegal, dan saya pulang ke rumah setelah satu jam berjalan dengan keringat bercucuran dan wajahku semerah tomat," jelas dia.

"Saya akan kehabisan napas pada menit pertama, tapi terus melakukannya dan terus melakukannya, sampai akhirnya semuanya mulai menjadi lebih mudah. Dan pada akhirnya, saya bisa berjalan cepat dalam waktu singkat," sambungnya.

Selain jalan kaki, Lindsey juga berolahraga di rumah. Ia melakukan zumba dengan latihan online di ruang tamunya.

2. Menghitung kalori

Hal kedua yang dilakukan adalah menghitung kalori. Setelah melahirkan, Lindsey merasa tidak bisa langsung melakukan diet ekstra. Ia masih ingin makan apa yang dia mau.

"Saya menemukan hal terbaik bagi saya adalah menghitung kalori karena saya masih bisa makan makanan yang saya inginkan tetapi dengan cara yang terbatas. Saya mengunduh aplikasi untuk mengukur berapa kalori yang dibutuhkan untuk ibu menyusui," kata Lindsey.

Lindsey sempat mengurangi kalori seperti diet yang ekstra, tapi itu tidak berhasil. Itu membuat berat badannya turun tidak menentu.

"Ada juga hari-hari ketika saya harus menambah jumlah kalori karena suatu acara atau semacamnya, tetapi saya hanya berolahraga lebih banyak daripada mengurangi asupan saya," tutur dia.

"Penting juga bagi saya untuk makan tiga kali sehari secara teratur dan ngemil. Jadi saya tidak bisa hanya menggunakan semua kalori saya dalam satu kali makan, yang merupakan hal lain yang membuat penurunan berat badan saya menurun drastis."

3. Menimbang BB harian
Lindsey juga selalu menimbang berat badannya secara harian. Ia juga mengetahui banyak orang yang menentang kegiatan yang dilakukannya itu. Sebab, umumnya hanya diperbolehkan menimbang berat badan semingu sekali karena fluktuasi harian

Namun, penimbangan harian memotivasi itu memotivasinya untuk tidak berbuat curang selama diet. Ia merasa seolah-olah sedang melakukan penimbangan mingguan, sehingga masih bisa menikmati sepotong pizza.

"Saya menimbang diri saya pada waktu yang sama setiap hari, di pagi hari sebelum saya makan atau minum apa pun, jadi itu adalah pembacaan yang benar," ujarnya.

Ia juga mengunduh aplikasi yang menyatakan bahwa berat badannya masuk dalam kategori obesitas kelas 2. Perlahan, ia berhasil turun ke obesitas kelas 1, dan akhirnya normal. ***