Menu

Heboh! Menteri Israel Ini Ingin Hapus Bulan Ramadan

Riko 4 Mar 2024, 21:52
Amichai Eliyahu (net
Amichai Eliyahu (net

RIAU24.COM - Menteri dalam kabinet Israel, Amichai Eliyahu, memunculkan kontroversi dengan seruannya "menghapus" bulan Ramadan, menurut laporan Anadolu Agency dan Middle East Monitor pada Senin (4/3/2024). 

Menteri Warisan Budaya Israel tersebut mengungkapkan pandangannya dalam sebuah wawancara dengan Radio Angkatan Darat Israel, menegaskan perlunya menghilangkan ketakutan terhadap bulan suci umat Islam tersebut.

"Apa yang disebut bulan Ramadan harus dihapus dan ketakutan kami atas bulan ini juga harus dihapus," kata Eliyahu kepada Army Radio, Jumat (1/3/2024).

Amichai Eliyahu, anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, telah dikenal karena pandangan kontroversialnya.

Sebelumnya, pada bulan November tahun lalu, Eliyahu menyatakan bahwa menggunakan "bom nuklir" di Jalur Gaza adalah "sebuah pilihan", yang mengakibatkan ia diskors dari jabatannya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara dengan Radio Kol Berama dan mengundang kecaman luas, termasuk larangan untuk menghadiri rapat kabinet yang diadakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Kata-kata Amichai Eliyahu tidak sesuai dengan kenyataan," tulis Netanyahu di media sosial X, menanggapi pernyataan kontroversial tersebut.

Melansir inilah, seruan Eliyahu untuk menghapuskan bulan Ramadan menambah daftar pernyataan yang memicu ketegangan di kawasan, terutama di tengah kondisi yang sudah memanas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Bulan Ramadan dianggap sebagai waktu yang sangat penting bagi umat Islam, diisi dengan ibadah dan refleksi spiritual.

Komentar Eliyahu telah menimbulkan kecaman dari berbagai kalangan, termasuk dari komunitas internasional, yang menganggapnya sebagai provokasi yang tidak membantu upaya perdamaian di kawasan.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah Israel mengenai seruan terbaru dari Menteri Eliyahu ini. Namun, pernyataan tersebut dipastikan akan terus menarik perhatian dan kritik, baik secara lokal maupun internasional.