Menu

Penggerebekan Narkoba di Filipina: 1,8 Ton Narkotika Senilai 230 Juta Dolar Ditemukan di Dalam Van

Amastya 16 Apr 2024, 21:47
Gambar representasi obat-obatan narkotika dan zat psikotropika /net
Gambar representasi obat-obatan narkotika dan zat psikotropika /net

RIAU24.COM Presiden Ferdinand Marcos mengumumkan pada hari Selasa (16 April) bahwa Filipina telah menyita 1,8 ton kristal metamfetamin, menyebutnya sebagai penyitaan yang memecahkan rekor dan pendekatan yang tepat dalam perang melawan narkoba.

Obat-obatan terlarang, senilai lebih dari $ 230 juta, ditemukan pada hari Senin (15 April) di sebuah van yang digeledah oleh polisi di provinsi Batangas, yang terletak di selatan Manila. Sopirnya ditangkap.

Marcos memeriksa penyitaan narkoba pada hari Selasa, menggambarkannya sebagai pengiriman sabu terbesar yang pernah ditangkap di Filipina.

Shabu adalah istilah lokal untuk metamfetamin kristal yang murah dan sangat adiktif. Masih belum jelas apakah itu merupakan catatan dalam hal nilai atau kuantitas.

Pihak berwenang melacak sumber obat-obatan, meskipun Marcos menegaskan mereka tidak diproduksi secara lokal.

Kelanjutan Perang Narkoba

Di bawah mantan Presiden Rodrigo Duterte, ribuan orang kehilangan nyawa mereka dalam operasi anti-narkoba, yang mengarah ke penyelidikan internasional terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Kampanye narkoba tetap ada di bawah pemerintahan Marcos, meskipun dengan penekanan yang lebih besar pada pencegahan dan rehabilitasi.

Sejak menjabat pada Juni 2022, lebih dari 600 orang telah tewas dalam insiden terkait narkoba, seperti yang dilaporkan oleh Dahas, sebuah inisiatif penelitian yang berafiliasi dengan Universitas Filipina yang memantau peristiwa semacam itu.

Peneliti senior Human Rights Watch menunjuk penggerebekan narkoba hari Senin sebagai bukti bahwa menanggulangi narkotika dapat terjadi tanpa menggunakan kekerasan, mengingat penegakan hukum yang tepat dan kepatuhan terhadap proses hukum.

(***)