Prabowo Mau Ganti Posisi Penting BUMN dari Pekerja Asing, Said Didu: Kalau Orang Asing, Gak Ada Lagi Titipan
BUMN, katanya, terlalu lama menjadi ajang kompromi kekuasaan, tempat membayar utang politik, serta sarana mengamankan kepentingan kelompok tertentu di balik jargon pembangunan.
Dalam perbincangan yang sama, Said menggambarkan Prabowo sebagai pemimpin yang kini tak lagi bermain aman. Ia menggunakan metafora yang tajam: “Makan bubur panas dari tengah.” Istilah itu menggambarkan keberanian Prabowo yang mulai mengeksekusi sektor paling panas, paling berisiko, dan paling sarat kepentingan.
Ia menyinggung sejumlah nama dan jabatan—Rosan Roeslani, Purbaya Yudhi Sadewa, hingga beberapa menteri lama—yang kini berada di pusaran proses “bersih-bersih” itu.
“Sekarang dia suruh Rosan makan bubur panas,” ujarnya. “Menggusur semua komisaris BUMN dari tim sukses, relawan, dan caleg gagal.”
Bagi Said, langkah itu menandai perubahan arah kekuasaan. Jika selama ini struktur ekonomi dikendalikan oleh kelompok kecil yang ia sebut sebagai oligarki, kini pemerintah tampak mulai berani menyentuhnya.
Ia menyebut tindakan Prabowo sebagai “makan dari tengah”—metafora yang berarti langsung menantang pusat api, bukan lagi bermain di pinggir.