Menu

Inilah 6 Fakta Terbaru Tentang Virus Yang DItemukan Peneliti Tahun 2018

Satria Utama 3 Jan 2019, 21:43
ilustrasi
ilustrasi

RIAU24.COM - Meski Virus ditemukan pada tahun 1892, hingga tahun 2018, para peneliti masih mengungkap rahasia baru tentang penjajah infeksius ini.

Selama ini diketahui Virus bukanlah makhluk hidup dan tidak memiliki cara untuk bereproduksi sendiri. Mereka memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan kode genetik mereka ke dalam kode inang mereka. Gen virus ditemukan tersembunyi di dalam gen banyak makhluk hidup, termasuk manusia.

Tetapi bagaimana dan mengapa virus bekerja, trik genetik mereka tetap menjadi misteri yang coba dipecahkan oleh para peneliti di berbagai bidang, mulai dari biologi evolusi dan biologi molekuler hingga neurologi dan studi penyakit kronis.

Berikut adalah enam hal baru yang baru-baru ini dipelajari para ilmuwan tentang virus seperti dilansir situs livescience.com.

1. Virus purba di otak manusia

Neuron otak hewan, termasuk otak manusia, menyimpan sisa-sisa genetik dari infeksi virus purba yang mungkin menjadi kunci bagaimana proses berpikir berlangsung.

Para peneliti menemukan bahwa gen yang disebut Arc, yang ditemukan pada hewan berkaki empat, adalah kode genetik yang tersisa dari virus purba. Selain itu, mereka menemukan bahwa gen ini sangat penting untuk kemampuan sel saraf untuk membangun beberapa jenis paket kecil materi genetik dan mengirimkannya ke sel saraf lainnya. Proses ini menjelaskan bagaimana sel-sel saraf bertukar informasi yang diperlukan untuk reorganisasi sel.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana gen Arc menjadi bagian dari genom hewan, dan informasi apa yang diteruskan dari satu neuron ke yang lain karena instruksi dari Arc

2. Virus jatuh dari langit

Mengapa virus yang secara genetik mirip satu sama lain dapat ditemukan jarak yang sangat jauh di Bumi? Jawabnya adalah karena virus melakukan perjalanan melalui atmosfer pada arus udara.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada bulan Januari 2018, di Multidisciplinary Journal of Microbial Ecology, para peneliti melaporkan bahwa virus dapat menumpang pada partikel-partikel tanah atau air dan berayun tinggi ke lapisan atmosfer yang disebut troposfer bebas, dan kemudian pada akhirnya terjun ke dalam lingkungan yang benar-benar baru.

Para peneliti juga menemukan bahwa ketika virus mencapai tingkat troposfer bebas, yang ditemukan sekitar 8.200 hingga 9.800 kaki di atas permukaan bumi, mereka dapat melakukan perjalanan lebih jauh daripada yang mungkin terjadi di ketinggian yang lebih rendah.

Ternyata troposfer bebas penuh dengan virus, dan karena aksi arus udara di dalamnya, permukaan bumi yang berukuran meter persegi dapat dihujani ratusan juta virus dalam sehari, kata para peneliti.

3. Penyakit dan virus Alzheimer

Teori bahwa virus mungkin berperan dalam penyakit Alzheimer mendapat lebih banyak dukungan dari sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni di jurnal Neuron.

Para peneliti mengamati hampir 1.000 otak postmortem dari berbagai bank otak, termasuk otak dari orang-orang dengan dan tanpa penyakit Alzheimer. Mereka menyaring sekuens genetik yang diambil dari jaringan otak ini dan mengidentifikasi sekuens mana yang manusia dan mana yang bukan.

Mereka menemukan bahwa otak orang yang meninggal dengan penyakit Alzheimer memiliki dua kali lipat dari dua jenis virus herpes yang umum, dibandingkan dengan otak yang bukan Alzheimer.

Tidak jelas apa peran virus dalam perkembangan Alzheimer. Apakah Virus bisa menjadi bagian dari penyebab penyakit, atau mereka bisa mempercepat perkembangannya.

4. Virus raksasa menciptakan gen sendiri

Virus raksasa, yang berukuran lebih dari dua kali ukuran virus tipikal, memiliki genom yang kompleks. Pada bulan Juni, para peneliti melaporkan bahwa apa yang disebut gen yatim yang hanya ditemukan pada virus raksasa (Pandoravirus) sebenarnya berasal dari virus itu sendiri.

Faktanya, para peneliti menemukan bahwa walaupun mutasi acak adalah umum di alam, virus-virus ini luar biasa produktif dalam penciptaan gen-gen baru. Selain itu, gen yatim yang diciptakan Pandoravirus berbeda di antara virus, yang berarti bahwa gen tersebut tidak mungkin berasal dari nenek moyang virus.

Penelitian di masa depan harus fokus pada menemukan mekanisme yang mendorong proses Pandoravirus untuk menemukan gen baru dan mengidentifikasi kekuatan evolusi yang mendorong virus ini.

5. Herpesvirus pasif

Infeksi virus herpes simpleks sering terjadi, dengan lebih dari 80 persen orang di dunia terinfeksi virus herpes simpleks (HSV). Virus sering tetap dalam mode tidak aktif dalam tubuh, yang bermanfaat bagi orang yang terinfeksi karena virus tidak menyebabkan gejala saat tidak aktif. Namun, itu juga lebih sulit bagi sistem kekebalan untuk menemukan dan menghilangkan virus ketika sedang tidak aktif.

Pada bulan Oktober 2017, para peneliti melaporkan dalam jurnal PLOS Pathogens bahwa mereka telah menemukan cara untuk menginduksi virus untuk memasuki mode tidak aktif, dan juga menemukan protein utama yang terlibat dalam membangunkannya. Temuan ini mungkin memiliki implikasi untuk mengobati atau mencegah infeksi herpes.

6. Gen virus dapat berperan dalam kecanduan

Para peneliti melaporkan pada bulan September di jurnal Prosiding National Academy of Sciences bahwa jejak genetik dari virus yang disebut HK2 lebih umum pada orang yang kecanduan narkoba daripada orang yang tidak kecanduan.

Sisa-sisa virus HK2 hanya ditemukan pada 5 hingga 10 persen orang, yang menunjukkan infeksi virus yang relatif baru, mungkin yang terjadi sekitar 250.000 tahun yang lalu, sebagai pelakunya, kata para peneliti.

Pada manusia saat ini, informasi genetik yang tersisa dari virus dapat berperan dalam pelepasan neurotransmitter dopamin, yang penting dalam cara otak merespons kesenangan. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan dengan tepat bagaimana jejak HK2 dapat mempengaruhi perilaku kecanduan orang.***

 

R24/bara