Menu

Dinilai Sudah Keterlaluan, Ulama Malaysia Imbau Negara Muslim Boikot Produk China

Siswandi 22 Dec 2019, 00:35
Muslim Uighur yang ditahan di penjara di Provinsi Xinjiang, China, yang banyak beredar di dunia maya. Kebijakan China terhadap Uighur telah melahirkan kecaman dari banyak negara di dunia, meski China kerap membantahnya. Foto: int
Muslim Uighur yang ditahan di penjara di Provinsi Xinjiang, China, yang banyak beredar di dunia maya. Kebijakan China terhadap Uighur telah melahirkan kecaman dari banyak negara di dunia, meski China kerap membantahnya. Foto: int

RIAU24.COM -  Pernyataan tegas dilontarkan salah seorang ulama Malaysia, Muhammad Asri bin Zainul Abidin, terhadap penguasa China. Hal itu terkait perlakuan negara komunis itu terhadap kaum muslim Uighur, yang merupakan kelompok minoritas di negara itu. Menurutnya, apa yang telah dilakukan rezim penguasa China terhadap umat Uighur di Provinsi Xinjiang, sudah keterlaluan. Karena itu, ia mengimbau negara muslim bersama-sama memboikot semua produk asal China. 

Secara khusus, ia menyorot penahanan terhadap sekitar sejuta etnis Muslim Uighur yang disebut-sebut masih berlangsung hingga saat ini, meski dunia internasional sudah mengecamnya. Asri menilai, tindakan itu sudah keterlaluan. Karena itu, negara Islam harus memberi tekanan pada pemerintah Tiongkok demi mengatasi krisis kemanusian di Xinjiang.

"Kita harus bertindak lebih jauh untuk boikot produk Tiongkok. Mereka tahu seberapa besar daya beli negara muslim. Keputusan ini harus diambil oleh negara-negara Muslim," paparnya, dalam pertemuan dengan para petinggi negara-negara Muslim di Kuala Lumpur. 

Dilansir republika yang merangmkum Aljazirah, Sabtu (21/12/2019) kemarin, Asri mengatakan, bila sekitar dua miliar muslim di dunia ikut membantu upaya boikut ini, pengaruhnya akan besar. Karena hal itu diyakini bisa membuat ekonomi Tiongkok terganggu. 

"Kami harus melakukan sesuatu, karena mereka (Uighur) adalah saudara dan saudari muslim," tegasnya. 

Untuk diketahui, kelompok negara Muslim (OIC) telah menjadi sasaran kritik oleh pembela Uighur karena dinilai bersikap pasif merespon permasalahan Uighur tersebut. Apalagi 14 negara anggota OIC justru bergabung mendukung Tiongkok dalam sidang Dewan HAM PBB. 

Halaman: 12Lihat Semua