Menu

6 Mal dan 1380 Masjid

Alwira 19 May 2020, 21:15
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Judul itu saya balik saja. Dari judul tulisan seorang profesor. Tapi ada perbedaan lain. Dia menggunakan Vs. Tapi saya pakai Dan. Apa alasan Dan-nya itu kenapa tidak gunakan Vs? tidak akan saya jelaskan.

Juga bukan saya nak menggesek beradu ilmu. Tidak. Pastilah saya jauh. Beliau profesor. Kampus Islam pula lagi. Sementara saya lahir dari kampus sekuler. Fakultas-nya pun mungkin paling sekuler.

Beliau menceritakan perihal organisasi Islam yang mendatangi wali kota Pekanbaru. Tujuannya: Sampaikan aspirasi umat. Tentang kebijakan pada Mal dan Masjid itu. Poin-nya: diskriminasi.

Di tulisan itu beliau paparkan alasan-alasan wali kota. Sampai ujung tulisan. Tanpa memuat argumentasi umat Islam yang menitipkan aspirasinya pada organisasi yang mendatangi wali kota. Tapi, ya sudah. Boleh-boleh saja. Bebas. 

Sama hal-nya saat saya gunakan Vs pada judul sebelumnya. Tanpa memuat argumentasi yang memadai dari pihak yang satunya. Tulisan itukan mantra.

Bagian ini: Kebijakan untuk Mal dan Masjid. Atau lebih tepatnya rumah ibadah secara umum, memang menarik didedah di meja-meja diskusi. Asal jangan tegang-tegangan urat leher.

Soal kebijakan Mal dibuka dengan alasan bisa lebih jaga jarak daripada Masjid, faktanya pembaca rasanya jauh lebih tahu.

Dan apakah Masjid benar-benar tutup semua? rasanya tidak juga. Paling Masjid yang ada anggaran rutin dari negara masuk ke situ. 

Masjid yang ada uang negara masuk ke situ pun masih ada yang buka. Selemparan batu malah jaraknya dengan palu pengambil kebijakan. Wartawan pasti tahu dimana itu.

Panjang memang kalau bahas ini. Padahalkan Normal Baru itu tinggal selangkah lagi. Saat itu Masjid dan Mal  tak dibenturkan lagi.

Ups, nampaknya ada isu yang tidak kalah menarik: 27 vs 18. Atau lebih tepatnya 18 vs 27+Wali Kota. 

Oleh: Alwira Fanzary Indragiri; Wartawan