Menu

Hamas Ungkap Akal Bulus Israel, Eksploitasi Normalisasi Hubungan dengan UEA Demi Kuasai Masjid Al Aqsa

Satria Utama 17 Sep 2020, 06:13
Tentara Israel di Mesjid Al Aqsa
Tentara Israel di Mesjid Al Aqsa

RIAU24.COM -  Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas mengungkap akal bulus Israel yang gencar mengeksploitasi normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain demi meningkatkan dominasi terhadap Masjid Al-Aqsa. Hamas juga menyebut Israel berencana untuk menghancurkan lebih banyak rumah warga Palestina di Yerusalem.

"Penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh puluhan pemukim Israel pada pagi ini, Selasa (15/9) dan rencana beberapa kelompok ekstremis Yahudi untuk melakukan penggerebekan massal di kompleks Muslim pada Kamis (17/9) adalah hasil dari kesepakatan normalisasi dengan pendudukan Israel," ungkap Hamas.

Dikutip dari Middle East Monitor, Juru bicara Hamas, Abdul Latif Al-Qanoa dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa otoritas pendudukan Israel "tidak menghormati perdamaian atau proses diplomasi". Ia meminta warga Palestina di Yerusalem untuk membela Masjid Al-Aqsa dari tindakan dan kebijakan sewenang-wenang Israel.

Sejumlah pemukim Yahudi Israel kemarin dilaporkan menyerbu Masjid Al-Aqsa. Pemukim yang menamakan diri mereka sebagai kelompok Temple Mount mengancam untuk kembali melanjutkan aksi penggerebekan keesokan harinya.

Pernyataan Hamas kali ini sejalan dengan pernyataan pemerintah Palestina yang mengecam upaya dominasi terhadap Masjid AL-Aqsa. Kecaman tersebut muncul setelah Uni Emirat Arab dikabarkan berupaya ikut campur urusan Al-Aqsa.

Beredar bocoran yang menyebutkan jika UEA memberikan izin kepada kaum Yahudi untuk melakukan ritual dan berbagi ruang di dalam Masjid Al-Aqsa.

"Bukan hak UAE untuk berbicara tentang urusan Masjid Al-aqsa yang diberkati," kata Ajudan Presiden Palestina, Nabeel Shaath.

Shaath menekankan bahwa UAE tidak berhak menafsirkan hukum internasional sesuai dengan keinginannya atau "mendekati hak-hak rakyat Palestina dan tanah suci mereka".

"UAE berusaha menenangkan Amerika Serikat, tapi bukan sebagai imbalan atas tanah yang diduduki seperti yang terjadi di Sinai atau Dataran Tinggi Golan," lanjutnya dalam sebuah wawancara dengan Arabi21.