Menu

Asli Bikin Merinding, Tsunami Maha Dahsyat Bisa Terjadi Lebih Cepat dari Perkiraan Awal

Siswandi 22 Oct 2020, 11:10
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Sebuah kabar mengagetkan datang dari ilmuwan.  Hal itu terkait dengan prediksi bakal terjadinya tsunami maha dahsyat, yang bakal melanda salah satu kawasan di Amerika Serikat.  

Kawasan yang dimaksud adalah Alaska.  Awalnya, para ilmuwan memprediksi mega tsunami itu bakal datang dalam kurun waktu 20 tahun.  

Namun sekarang,  prediksi itu berubah drastis. Tak tanggung-tanggung,  Mega tsunami itu diprediksi akan terjadi paling cepat dalam 12 bulan mendatang.

Dilansir viva yang merangkum situs live science, mega tsunami itu terjadi longsoran batu yang dibiarkan tidak stabil setelah mencairnya gletser dalam jumlah besar di Prince William Sound, di sepanjang pantai selatan Alaska. 

Hal itu tampaknya berdampak pada lereng gunung di atas Barry Arm, sekitar 97 km di timur Anchorage.

Meskipun potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, namun masih banyak yang tidak diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana tsunami maha dahsyat ini bisa terjadi.

Berdasarkan analisis citra satelit menunjukkan saat Barry Clacier longsor dari Barry Arm karena terus mencair, bekas longsoran batu yang disebut scarp akan muncul di permukaan gunung di atasnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tanah longsor telah terjadi di atas fjord secara bertahap dan bergerak lambat, tetapi jika permukaan batu tiba-tiba memberi jalan, maka konsekuensinya bisa mengerikan. 

Soalnya, meski lokasinya terpencil, namun kawasan ini cukup sering dikunjungi oleh kapal komersial untuk rekreasi, termasuk kapal pesiar.

"Awalnya, sulit mempercayai angka-angka tersebut," kata ahli geofisika Chunli Dai dari Ohio State University. 

Ia juga mengatakan berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang tergelincir, serta sudut kemiringan, dia menghitung bahwa keruntuhan tersebut setidaknya akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing.

"Dan, 11 kali lebih banyak energi daripada longsor yang terjadi di Teluk Lituya di Alaska pada tahun 1958 dan mega tsunami," tambahnya.  

Menurutnya, para ilmuwan juga khawatir mega tsunami ini akan lebih besar dari peristiwa serupa di Teluk Lituya, Alaska pada 1958 silam. 

Ketika itu,  tsunamin dahsyat itu dipicu gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter (SR) dan menghasilkan gelombang setinggi 524 meter yang diyakini sebagai gelombang tertinggi dalam sejarah modern.

Sebagai gambaran, bencana alam 1958 melepaskan jutaan kubik yard puing-puing sekitar 2.000 kaki (600 meter) ke dalam fjord. Peristiwa ini kemudian dibandingkan dengan bom atom yang meledak karena gelombang yang dihasilkan melenyapkan jutaan pohon dalam radius yang luas.

zzc2

Menurut Dai,  para ilmuwan kemudian mempelajari data Landsat NASA yang dikumpulkan antara 2013 dan 2016. Langkah ini dilakukan untuk memperdalam temuan para ilmuwan tersebut.  

"Dengan perspektif yang lebih luas dari Landsat, pergerakan lereng tidak mungkin terlewatkan. Anda bisa melihat seluruh bagian gunung antara Cascade Glacier dan Barry Glacier yang merosot ke arah air," tuturnya.

Ditambahkannya lagi, antara 2010 dan 2017, lereng tersebut telah bergerak maju sekitar 400 kaki (120 meter). Namun, sejak 2017, pergerakannya sangat sedikit meskipun begitu tetap ada ancaman akan keruntuhan.

Oleh karena itulah, pada Mei tahun ini, ia bersama 14 ilmuwan menulis surat terbuka memperingatkan mega tsunami kemungkinan akan melanda dalam 20 tahun lagi. Mereka memperingatkan bagian teluk dengan jarak 30 mil (50 km) dari fyord bisa melihat gelombang setinggi 30 kaki (9 meter).

"Kami yakin jika mega tsunami atau tsunami besar yang diakibatkan oleh tanah longsor dan mencairnya gletser mungkin bisa terjadi lebih cepat dari perkiraaan, yakni tahun depan. Tapi kemungkinan besar dalam rentang waktu 20 tahun mendatang," demikian isi dari surat terbuka tersebut. ***