Menu

Inilah Tragedi Pembunuhan Pertama Manusia Dalam Sejarah Islam

Devi 29 Dec 2020, 09:33
Foto : Pojok Pantura
Foto : Pojok Pantura

Habil pun kemudian mengorbankan seekor unta yang terbaik dari ternaknya. Tapi, Qabil justru mengorbankan hasil panen biji-bijian yang paling buruk. Allah pun tak menerima korban Qabil karena ia melakukannya tanpa diliputi keikhlasan. Selain itu, Allah juga murka karena Qabil tak mematuhi ayahnya. Bukan bertaubat, Qabil justru makin marah bukan kepalang. Karena itu, berarti ia tak dapat menikahi saudara kembarnya yang jelita.

Dengan hati diliputi kemarahan, Qabil pun mendatangi Habil untuk membunuhnya. Ia mendekati tubuh saudaranya untuk segera dihabisi. Di ujung maut, Habil masih berusaha mengingatkan saudaranya bahwa membunuh adalah dosa besar. Ia terus mencoba agar saudaranya tak terjatuh pada dosa hingga mendapat kemurkaan Allah.

Qabil tetap saja bergeming. Ia benar-benar siap membunuh saudaranya. Sementara, Habil enggan melukai saudaranya sehingga ia tak melawan. “Sungguh, jika kau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya, kamu akan kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri. Maka, kamu akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim,” ujar Habil kembali menasihati saudaranya agar tak terjatuh pada dosa besar.

Namun, Qabil justru mengambil sebuah batu besar kemudian memukulkannya pada tubuh saudaranya. Habil pun meninggal seketika. Inilah kematian pertama yang terjadi di muka bumi. Ini pula kejahatan pertama yang dilakukan manusia.

Selang beberapa waktu pascapembunuhan, Adam mulai menyadari putra tercintanya Habil tak muncul. Ia pun mulai mencari keberadaannya, tapi hasilnya nihil. Adam kemudian menemui Qabil dan bertanya keberadaan Habil. Tapi, Qabil menjawab angkuh, “Aku bukanlah pelindung saudaraku,” jawabnya ketus.

Mendengarnya, tahulah Adam bahwa Habil telah tiada. Ia pun diliputi kesedihan yang teramat sangat. Sementara itu, Qabil kembali ke lokasi pembunuhan. Saat itu, kemarahannya telah reda. Ia merasa bersalah atas apa yang dilakukannya pada Habil. Ia mondar-mandir memikirkan apa yang harus ia lakukan pada tubuh saudaranya yang tak lagi bernyawa. Mayat Habil pun digendongnya sembari mencari tempat untuk menyembunyikannya. Tapi, ia tak menjumpai tempat itu hingga aroma tak sedap keluar dari mayat Habil. Qabil putus asa, ia diliputi kebingungan untuk menangani mayat saudaranya.

Halaman: 123Lihat Semua