Menu

Pernah Jadi Orang Terkaya di Dunia, Ternyata Begini Cara Pablo Escobar Mengeruk Uang dari Narkoba

Devi 1 Apr 2022, 10:38
Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Pablo Escobar mendukung keuangan klub sepak bola Atletico Nacional. (Eurosport)
Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Pablo Escobar mendukung keuangan klub sepak bola Atletico Nacional. (Eurosport)

RIAU24.COM -  Memiliki keuntungan hingga 420 juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun per pekan, tidak heran jika Pablo Escobar pernah dimasukkan dalam daftar orang terkaya di dunia. Bagaimana dia mampu menghasilkan duit sebanyak itu?

Total kekayaan tokoh kriminal yang dijuluki Raja Kokain itu, hingga meninggal 2 Desember 1993 ditaksir tidak kurang dari Rp358,9 triliun. Semua hasil dari penguasaan Escobar terhadap 80 persen pasar kokain di Amerika Serikat pada era 1980-1990an.

Kokain adalah salah satu dari beberapa komoditas yang sebelum dikonsumsi harus melalui penanaman, pemrosesan, dan pendistibusian. Nilai eskpor kokain di dunia sebenarnya hanya setengah dari kopi, sebagai sesama komoditas yang diawali dari penanaman sebelum dikonsumsi.

Tetapi ketika sampai ke tingkat eceran, harga kokain meroket menjadi 300 kali lebih mahal dibandingkan kopi dalam hitungan per gram. Menghitung pendapatan bisnis kokain yang ilegal, jauh lebih rumit dibandingkan kopi.

Kolombia, Peru, dan Bolivia adalah penghasil utama tanaman koka sebagai bahan baku kokain. Setelah diproses menjadi kokain siap jual, biasanya narkoba tersebut akan transit di negara-negara Karibia atau wilayah Amerika Tengah seperti Meksiko, Guatemala, Honduras, Nikaragua, atau Panama sebelum mencapai Amerika Serikat. Pembayaran barang-barang tersebut dilakukan di negara transit.

Semua lapisan menikmati uang dari perdagangan kokain. Mulai petani miskin yang menanam koka di gunung-gunung, para bandar narkoba seperti Escobar, polisi, tentara, hingga politikus. Uang dari kokain sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Amerika Selatan, atau yang biasa disebut narcodollar.

Panen Koka dan Hasil Kokain

Daun koka dipanen tiga hingga enam kali setahun. Dalam setahun, satu hektar lahan koka rata-rata menghasilkan 1 ton panenan daun. Jika lantas diproses menjadi kokain, maka 135 kg daun akan menghasilkan 0,5 kg kokain. Tanaman koka mulai dipanen saat berumur enam bulan, dan akan berakhir saat umur tanaman mencapai 30 tahun.

Menurut data Drugs Enforcement Administration (DEA), Kolombia sebenarnya bukan negara penghasil koka terbesar. Peru menghasilkan 60 ribu ton daun koka per tahun, disusul Bolivia dengan 50 ribu ton. Kolombia hanya menghasilkan 15 ribu ton daun koka per tahun, namun negara Escobar itu memiliki produksi kokain terbesar di duna.

Sebanyak 60 persen produksi kokain di Amerika Selatan dihasilkan dari Kolombia. DEA memberi sebuah ilustrasi tentang modal produksi kokain, dan keuntungan yang didapat setelah barang jadi.

Dari kasus produksi kokain di Wilayah Cauca, Kolombia, untuk menghasilkan 40 gram pasta koka (kokain setengah jadi), diperlukan modal 46 dolar AS atau sekitar Rp66 ribu. Pasta koka dijual 1,5 dolar AS per gram, sehingga 40 gram pasta akan menghasilkan hampir Rp900 ribu. Jadi dapat dibayangkan keuntungan yang diperoleh seorang bandar narkoba jika menjual kokain murni. Apalagi jika bandar tersebut sekelas Pablo Escobar.

Pada masa kejayaan Escobar, di Bogota satu karung kokain murni (sekitar 10-20 kg) dijual seharga 8 ribu dolar AS. Namun ketika dijual pada bandar di Amerika Serikat, harganya melonjak menjadi 30 ribu dolar AS per kilogram. Padahal di tingkat eceran, kokain murni masih dicampur lagi sehingga kemurniannya maksimal tinggal 50 persen. Umumnya malah di bawah 50 persen.

Produksi Tidak Pernah Turun

Escobar sudah tewas, namun itu tidak mengurangi produksi kokain dari Kolombia yang diekspor ke Amerika Serikat. Bahkan menurut laporan DEA, jumlahnya terus meningkat. Tahun 2016 ekspor kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat mencapai titik tertinggi, yaitu 910 ton.

“Hingga 2018, Amerika Serikat kemungkinan akan terus mengalami peningkatan pasokan dan penggunaan kokain tertinggi dalam satu dekade. Produksi kokain Kolombia juga akan terus meningkat, setidaknya hingga 2017. Itu disebabkan oleh tanaman koka yang ditanam 2016 mulai siap panen, serta insentif yang terus menerus dari para bandar kepada para petani untuk terus menanam koka,” seperti tertulis dalam pernyataan DEA pada laporan Colombian Cocaine Production Expansion Contributes to Rise in Supply in the United States 2017.

Tom Wainwright, penulis buku Narconomics mengatakan bahwa memberantas narkoba bukanlah pilihan terbaik dan akan sia-sia. Wainwright menyarankan agar perdagangan segala macam jenis narkoba, justru sebaiknya dikontrol atau diatur pemerintah sebuah negara.

“Menurut saya, pilihan kita saat ini bukanlah dunia dengan narkoba atau tanpa narkoba. Pilihan terbaik menurut saya adalah, peredaran dan pemakaian narkoba sebaiknya dikontrol pemerintah dengan diresepkan dokter. Ketimbang dunia harus berurusan dengan mafia, saya pikir pilihan pertama jauh lebih baik,” tulis Wainwright dalam Narconomics.

Escobar dan konco-konconya boleh menyebut bisnis mereka sebagai kartel. Namun alih-alih mengendalikan harga dan pasokan, perilaku mereka lebih cocok disebut sindikat kriminal. Mereka memompa pasokan narkoba tanpa henti ke pasar, dan membiarkan pasar menetapkan harga. Tak heran jika Pablo Escobar punya sangat banyak uang, sehingga ditempatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia.