Menu

42 Persen Wanita Kelahiran 2005 di Jepang Diprediksi Tak Akan Punya Anak

Zuratul 10 Aug 2023, 11:27
42 Persen Wanita Kelahiran 2005 di Jepang Diprediksi Tak Akan Punya Anak. (Twitter/Foto)
42 Persen Wanita Kelahiran 2005 di Jepang Diprediksi Tak Akan Punya Anak. (Twitter/Foto)

RIAU24.COM - Hampir 42 persen wanita di Jepang yang lahir pada tahun 2005 mungkin tidak akan pernah memiliki anak seumur hidup mereka.

Dimana kondisi ini kedepannya dapat menimbulkan ancaman bagi masa depan program jaminan sosial negara.

Lembaga Penelitian Kependudukan dan Keamanan Sosial Nasional Jepang memperkirakan bahwa 33,4 persen wanita yang lahir pada tahun 2005 mungkin tidak akan memiliki anak dalam skenario sedang. Bahkan dalam kasus yang paling optimis, angkanya hanya 24,6 persen.

Di sisi lain, laki-laki menghadapi kemungkinan yang lebih tinggi untuk tidak menikah daripada perempuan.

Berdasarkan perkiraan penelitian pemerintah, kemungkinan sebanyak setengah dari anak berusia 18 tahun mungkin tidak pernah memiliki anak.

Dikutip dari laman Wion, tren yang sama sedang terjadi dan cenderung meningkat di negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Orang mengalihkan fokus ke pemenuhan diri.

Di negara-negara Barat, hampir 10 persen sampai 20 persen wanita yang lahir pada tahun 1970 tidak pernah memiliki anak.

Sedangkan di Jepang, angkanya sedikit lebih tinggi yakni 27 persen, yang selanjutnya diperkirakan akan berlipat ganda jika persentase AS dan Eropa tetap sama.

Tren ini sedikit menurun di negara-negara seperti Inggris dan Jerman, saat langkah-langkah diambil untuk menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang mendorong pasangan untuk memiliki setidaknya satu anak.

Jepang juga telah melakukan upaya melalui inisiatif seperti reformasi gaya kerja untuk menciptakan kondisi yang lebih sesuai bagi calon orang tua.

Namun, faktor-faktor seperti ketidakpastian masa depan dan gaji yang stagnan telah mempengaruhi keputusan orang-orang muda untuk menikah.

"Perlu ada diskusi mendesak untuk membangun jaring pengaman sosial di setiap bidang, termasuk pensiun, perawatan medis, perawatan dan bantuan hidup," kata pakar jaminan sosial Takashi Oshio, seorang profesor di Institut Riset Ekonomi Universitas Hitotsubashi, yang dikutip dari Nikkei.

"Tentunya yang tidak merugikan orang tanpa keluarga, bersama dengan pendanaan," pungkasnya.

(***)