Menu

Viral Ulat Bulu Tewaskan 16 Anak, Ini Kata Kemenkes RI

Devi 28 Feb 2024, 10:39
Viral Ulat Bulu Tewaskan 16 Anak, Ini Kata Kemenkes RI
Viral Ulat Bulu Tewaskan 16 Anak, Ini Kata Kemenkes RI

RIAU24.COM - Berseliweran broadcast message soal ulat bulu yang disebut beracun dan sudah memakan korban 16 anak. Narasi viral tersebut menyebutkan anak yang melakukan kontak dengan ulat bulu bisa mengalami kondisi fatal, hingga kejang-kejang.

Berikut narasi yang tersebar di pesan berantai hingga media sosial:

Himbauan kepada seluruh masyarakat Indonesia kalo melihat hewan ini tolong hindari apa lg anak2 ini ulat dari america nampaknya ulat ini sudah membunuh anak 16 jiwa awal di kira anak burung jatuh setelah di pegang anak itu kejang2 dan tak lama meninggal racunnya melebihi bisa ular

Kementerian Kesehatan RI memastikan narasi tersebut hoax. Foto ulat yang tersebar bersamaan dengan narasi viral itu dipastikan berjenis puss caterpillar atau ulat kucing, ulat asp yang memang banyak ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat.

Juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menyebut ulat ini dapat tumbuh dengan panjang sekitar 1 inci dan ditutupi oleh bulu berwarna abu abu serta oranye.

Ulat yang dimaksud memiliki kelenjar racun, terletak di dasar tubuh dan tersembunyi di antara bulunya yang lebat. Sengatan ulat ini dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap orang.

Sengatan ulat ini hanya berbahaya bagi orang yang menderita reaksi ekstrem terhadap gigitan serangga.

"Faktanya memang beracun, tapi tidak ada fakta yang menyebutkan kalau ulat ini bisa membunuh manusia. Hoaks itu," tegas Syahril dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (27/2/2024).

Bila masyarakat terkena sengatan ulat berbulu tersebut, hal yang pertama bisa dilakukan adalah mencuci area tubuh yang terkena sengatan dengan sabun dan air untuk mengurangi rasa sakit.

Langkah selanjutnya, disarankan menggunakan krim antigatal saat sengatan mulai memicu rasa gatal.

"Segera ke dokter sekiranya ada alergi terhadap gigitan serangga atau jika dirasa gejala terasa lebih parah," lanjut dr Syahril. ***