Menu

Waspada Kaki dan Tangan Lemas, Bisa Jadi Gejala Stroke

Devi 1 Mar 2024, 19:23
Waspada Kaki dan Tangan Lemas, Bisa Jadi Gejala Stroke
Waspada Kaki dan Tangan Lemas, Bisa Jadi Gejala Stroke

RIAU24.COM Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi karena adanya pola hidup yang tidak sehat. Menurut keterangan dr Kevin Julius Tanady, SpRad, Subsp RI (K), dokter radiologi intervensi dari RS Royal Progress, stroke ada dua jenisnya, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

"Jadi stroke itukan kita bagi menjadi dua ya, stroke iskemik yang diakibatkan oleh sumbatan, dan juga stroke hemoragik yang diakibatkan oleh perdarahan," tuturnya saat ditemui detikcom di Sunter, Jakarta Utara, Kamis (29/2/2024).

Penyumbatan stroke iskemik biasanya terjadi karena adanya pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah organ yang ada dalam tubuh. Penyumbatan tersebut yang kemudian menghalangi aliran darah mencapai otak.

Gejala stroke iskemik pada umumnya lengan atau tungkai sulit diangkat (lemas dan mati rasa), salah satu sisi wajah turun (pelo) tidak seperti wajah pada normalnya, adanya gangguan bicara atau sulit memahami perkataan orang lain, mengalami linglung, pusing, dan sakit kepala yang berat, adanya gangguan penglihatan pada salah satu atau kedua mata, serta yang terakhir gangguan keseimbangan tubuh.

Beberapa orang yang mengalami gejala stroke tidak selalu sadar bahwa diri mereka mengalami stroke. Menurut dr Kevin, ada istilah golden hour dalam stroke, yaitu sekitar 6 jam sejak konsep pertama keluhan. Golden hour stroke menjadi salah satu kunci penting langkah awal pengambilan tindakan penyedotan supaya pasien stroke dapat terhindar dari komplikasi dan penyakit serius.

"Pada kasus stroke, kalau semakin cepat dibawa rumah sakit itu semakin baik, apabila stroke nya terjadi karena sumbatan, maka kita bisa lakukan penyedotan dengan cepat," tutur dr Kevin.

Sehingga apabila mengalami gejala stroke iskemik, segera periksa ke rumah sakit supaya bisa didiagnosa dan segera ditangani dengan cepat sesuai jenisnya.

"Semakin lama menunggu pengobatan, maka akan semakin banyak sel otak yang mengalami kerusakan," pungkasnya. ***