Belanda Hadapi Bencana Medis, Ini yang Jadi Biang Keroknya
NVOG, yang tengah menyusun daftar nasional retroaktif untuk para pendonor dan ibu untuk memastikan sperma pendonor tidak digunakan dalam lebih dari 12 konsepsi, telah menemukan bahwa klinik kesuburan Belanda tidak mematuhi peraturan yang berlaku tentang donasi sperma selama bertahun-tahun.
Temuannya mengungkapkan bahwa beberapa klinik kesuburan sengaja menggunakan pendonor yang sama lebih dari 25 kali, tanpa persetujuannya atau persetujuan sang ibu. Klinik-klinik tersebut saling bertukar sperma tanpa sepengetahuan pendonor atau pendaftaran yang jelas. Mereka mengizinkan pendonor yang sama untuk menyumbangkan sperma di beberapa klinik.
Ties van der Meer, dari Stichting Donorkind, sebuah yayasan yang membantu anak-anak melacak ayah donor mereka, mengatakan temuan itu adalah "bencana medis". Data tersebut menunjukkan mungkin ada sedikitnya 3.000 anak di Belanda dengan 25 atau lebih saudara tiri.
"Kerugian yang ditimbulkan terhadap kepercayaan masyarakat terhadap sistem medis, dan terhadap pemerintah yang membiarkan semua ini terjadi, hanyalah permulaan," kata van der Meer, seraya menambahkan bahwa baik anak-anak maupun beberapa donor pasti akan mengalami lebih banyak tekanan.
Di negara kecil yang padat penduduk seperti Belanda, anak-anak yang menjadi korban juga cenderung menghadapi lebih banyak masalah praktis saat mereka tumbuh dewasa, katanya.
"Begitu mereka mulai berkencan dengan seseorang, mereka harus melakukan tes DNA untuk memastikan mereka tidak berkencan dengan kerabat dekat," kata van der Meer. ***