Menu

Permukaan Selatan Anak Gunung Krakatau Berkurang Akibat Longsor, Ini yang Diduga Jadi Penyebab Tsunami

Siswandi 24 Dec 2018, 12:32
Foto satelit Citra yang menunjukkan adanya pengurangan pada permukaan Gunung Anak Krakatau pada bagian Selatan, atau pada bagian kiri gambar. Foto: int
Foto satelit Citra yang menunjukkan adanya pengurangan pada permukaan Gunung Anak Krakatau pada bagian Selatan, atau pada bagian kiri gambar. Foto: int

RIAU24.COM -  Dugaan bahwa tsunami di perairan Selat Sunda terjadi akibat aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau, semakin kuat. Foto satelit Citra milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), memantau telah terjadi longsor pada bagian selatan gunung itu.

Hal inilah yang diduga menjadi penyebab munculnya tsunami Sabtu akhir pekan lalu. Di dalam foto itu juga menunjukkan adanya perbedaan pada permukaan Anak Gunung Krakatau yang dilihat dari udara.

Dua potret citra satelit tersebut membandingkan kondisi gunung itu pada 11 Desember dan 23 Desember 2018. Di dalamnya, tampak jelas adanya perubahan permukaan sekitar 357 meter dan 1.800 meter. Pada foto terakhir, tampak bagian selatan atau kiri bawah pada gambar sudah hilang.

"Ini Bukti bahwa ada area yang hilang atau longsor ke laut, sekitar 64 hektar," ungkap Kepala BPPT Widjo Kongko, Senin 24 Desember 2018 kepada kompas.com.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi Perancis Christine Deplus dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono, longsornya bagian selatan - barat daya Gunung Anak Krakatau tersebut bisa membuat munculnya tsunami.

Dalam pesannya pada Minggu, Hery mengatakan Gunung Anak Krakatau cenderung tumbuh ke arah barat daya. Pada sisi tersebut lebih curam dari lainnya.

"Tentu ini merupakan bagian yang labil dan jika melorot atau longsor tentu dapat memicu tsunami," tambahnya.

yang cukup menarik, tsunami akibat vulkanis Gunung Anak Krakatau, juga pernah terjadi pada tahun 1981 lalu. Hal itu termaktub dalam publikasi penelitian Deplus dan Hery di Journal of Vulvanology and Geothermal Research pada tahun 1995.

Sementara itu, pakar vulkanologi Surono mengungkapkan, bila melihat hasil foto citra BPPT tersebut, longsoran yang terjadi pada sisi selatan gunung cukup besar. "Longsorannya besar. energinya juga pasti besar," ujarnya.  

Untuk bisa lebih pasti, perlu dilakukan perkiraan volume longsoran yang jatuh ke lautan. ***

R24/wan